Sepuluh
orang diundang ke sebuah rumah mewah dan modern di Pulau Negro, di
seberang pantai Devon. Walaupun mereka masing-masing menyimpan suatu
rahasia, mereka tiba di pulau itu dengan penuh harapan, pada suatu sore
musim panas yang indah. Tetapi tiba-tiba saja terjadi serentetan
kejadian misterius. Pulau itu berubah menjadi pulau maut yang
mengerikan... Panik mencekam orang-orang itu ketika mereka satu demi
satu meninggal... satu demi satu...
Agatha Christie membuka novel ini dengan memperkenalkan satu persatu tokoh yang diundang ke Pulau Negro. Dimulai dari Tuan Justice Wargrave,
seorang pensiunan hakim. Ia mendapat undangan berlibur ke pulau
tersebut melalui sebuah surat dari seseorang yang mengaku bernama Lady
Culmington, sahabat lamanya.
Lalu tokoh kedua yang diundang ke Pulau Negro adalah Vera Claythorne.
Ia mendapat surat dari Nyonya Owen yang mengaku pemilik Pulau Negro dan
ingin merekrut Claythorne sebagai sekretaris pribadinya.
Undangan ketiga bernama Philip Lombard,
seorang pengelana yang tiba-tiba didatangi oleh orang yang mengaku
bernama Morris dan ditawari imbalan 100 guinea jika ia bersedia datang
ke Pulau Negro.
Undangan keempat bernama Emily Brent,
seorang perawan tua, yang juga menerima undangan berlibur ke Pulau
Negro melalui surat. Kali ini, sang pengirim mengaku sebagai teman satu
penginapan Nona Brent pada liburan musim panasnya tahun lalu.
Undangan kelima bernama Macarthur, seorang jenderal, juga mendapat undangan berlibur via surat. Pengirimnya bernama Owen.
Undangan keenam bernama Dr. Armstrong,
ia diundang oleh seorang laki-laki yang mengaku istrinya mempunyai
suatu gejala penyakit, namun sang istri tidak mau diajak berobat. Oleh
karena itu, ia mengundang Dr. Armstrong ke kediamannya di Pulau Negro
untuk memeriksa istrinya secara diam-diam.
Undangan ketujuh bernama Tony Marston,
seorang pemuda pengangguran yang hidupnya urakan. Sama seperti
Macarthur, ia juga diundang berlibur via surat oleh seseorang bernama
Owen.
Undangan kedelapan bernama Blore, seorang agen detektif yang mendapat undangan ke Pulau Negro untuk menyelidiki permata Nyonya Owen yang dikatakan hilang.
Menurut saya adegan pembukaan seperti ini cukup unik, karena Christie mengekspose satu persatu perasaan kedelapan tokohnya saat masing-masing sedang di perjalanan memenuhi undangan tersebut. Ada rasa senang, itu pasti karena Pulau Negro digambarkan sebagai pulau yang terkenal dan disana juga berdiri satu resort mewah. Namun, tak dipungkiri masing-masing juga menyimpan rasa heran atas undangan 'tak biasa' tersebut. Terlebih,beberapa orang tidak mengenal nama sang pengundang. Di bagian ini Christie cukup jeli menganalisa sisi psikologis manusia, umumnya rasa penasaran manusia itu lebih besar dibandingkan rasa curiganya. Jadi, saat menerima undangan tersebut, yang ternyata juga disertai dengan uang perjalanan, mereka semua dengan suka hati datang memenuhinya.
Nah,betapa kagetnya mereka saat tiba di Pulau Negro tidak ada tuan rumah yang menyambut. Hanya ada sepasang suami istri bernama Tuan dan Nyonya Rogers yang bekerja sebagai pembantu di sana. Lebih aneh lagi, Tuan dan Nyonya Rogers inipun baru 2 hari bekerja di Pulau Negro. Mereka mendapat tawaran sebagai pembantu dari Tuan Owen, lagi-lagi via surat, dan Tuan Owen mengatakan ia baru akan datang ke Pulau Negro sehari setelah kedelapan tamunya datang. Alhasil saat itu benar-benar hanya ada 10 penghuni di Pulau Negro (8 tamu + 2 pembantu), yang sama sekali tidak saling mengenal dan belum pernah bertemu sebelumnya (tentu kecuali pasangan suami istri tersebut).
Kejadian aneh mulai terjadi pada malam hari. Tiba-tiba saja, sebuah gramophone memutarkan rekaman suara seseorang. Rekaman suara tersebut menyebutkan bahwa kesepuluh penghuni pulau Negro bersalah karena pernah melakukan pembunuhan. Satu-persatu pembunuhan tersebut dijabarkan dengan detail,mulai dari nama korban, nama pelaku, waktu dan tempatnya,hingga metodenya. Wuih,bayangkan,anda berada bersama 9 orang yang tak anda kenal,lantas anda 'didakwa' pernah membunuh oleh sebuah rekaman suara, dan faktanya anda sadar bahwa dakwaan itu benar!
Pias, pasti itu reaksi kesepuluh orang tersebut. Mereka bertanya-tanya siapa orang dibalik rekaman suara itu dan bagaimana dia bisa mengetahui kesalahannya? Insting pertama mereka sudah pasti mengelak dakwaan tersebut, apalagi mereka didakwa bersama-sama, termasuk kedua pembantu itupun tidak luput dari tuduhan pembunuhan. Jadi,kesepuluh orang tersebut dengan kompak sama-sama menyangkal kebenaran isi rekaman.
Namun rupanya orang misterius yang mengundang mereka ke Pulau Negro memang sengaja ingin 'menghukum' mereka. Tidak lama setelah rekaman diputar, salah satu dari mereka tewas tersedak. Namun, Dr. Baurestein segera mengetahui bahwa penyebab kematian
tamu pertama ini karena racun. Belum cukup sampai disitu, rentetan kematian dengan
cara yang tragis menimpa satu demi satu
kesepuluh orang tersebut. Tak ada kemungkinan untuk lari dari pulau
karena perahu yang mengantarkan mereka ke pulau tersebut sudah langsung kembali
ke daratan. Berupaya membuat sandi SOS pun percuma karena rupanya orang-orang
di daratan sudah dipesan oleh seseorang misterius yang mengatakan bahwa di
pulau itu tengah berlangsung acara uji survival sehingga abaikan saja jika ada
yang meminta pertolingan *klo zaman sekarang sih mungkin semacam reality show
gitu ya. Bayangkan, pasti mencekam banget jika kita menjadi salah satu dari
sepuluh orang tersebut. Melihat satu demi satu rekannya tewas mengenaskan,
sementara rekan-rekan yang masih hidup pun tentu tak ada yang dapat dipercaya,
karena siapa tahu salah satu dari mereka lah pembunuhnya. Belum lagi, mereka
dihantui dosa masa lalu. Terbayang kembali wajah orang-orang yang pernah mati
akibat perbuatan mereka, walaupun sebagian besar hanya akibat kelalaian, bukan
kesengajaan, tapi tetap saja menimbulkan perasaan berdosa.
Lantas pertanyaannya, siapa
sebenarnya orang misterius yang mengundang mereka dan menyebabkan teror ini?
Lupakan adanya penghuni kesebelas di pulau itu, saya kasih bocoran aja :
benar-benar tidak ada ! Nah lho, lantas siapa? Salah satu dari kesepuluh orang
itukah? Tapi pada akhirnya mereka tewas semua lho.. Penasaran? Silahkan temukan
jawabannya di novel ini ;)
***
Tak salah jika Sepuluh Anak Negro
(versi aslinya berjudul And Then There Were None) menjadi karya favorit
penulisnya sendiri, Agatha Christie. Bagi saya pribadi, kasus dalam novel ini
sempurna. Christie 'mematikan' kesepuluh tokohnya dengan cara yang beragam, ada
yang karena racun, serangan kapak, tertembak, tersengat lebah, tenggelam,
hingga bunuh diri. Setting lokasi yang dipilih juga sangat mendukung, sebuah
pulau karang kecil dimana tidak ada tempat yang bisa menjadi lokasi
persembunyian hingga bisa dipastikan bahwa memang tidak ada orang lain selain
mereka bersepuluh di pulau tersebut, makin menambah sisi misterius novel ini
bukan? Selain itu, disepanjang novel Christie menyelipkan fragmen-fragmen
dimana masing-masing tokoh dibayangi kembali dosa-dosa masa lalu mereka. Ya,
sungguh unik bukan, kesepuluh tokoh yang menjadi korban di Pulau Negro ini
sesungguhnya bukan orang yang bersih. Sisi psikologis masing-masing tokoh juga
digambarkan Christie dengan sangat kuat. Intinya, aroma suspense sangat terasa
di novel ini.
Oh iya,kalo kesepuluh orang tersebut
tewas, lantas siapa yang membunuh orang kesepuluh? Dia bunuh diri ! Yap, dari
sisi psikologis wajar sih, menyaksikan 9 orang rekannya tewas satu persatu,
pasti ia sangat tertekan ketika mendapati dirinya tinggal sendiri, dan akhirnya
memilih jalan tersebut.
Lantas bagaimana endingnya?
Sejujurnya saat mendapati tokoh
kesepuluh bunuh diri, saya sudah pesimis Christie akan mengarahkan kasus ini ke
unsur magic, sebab jujur saja saya tak punya ide lagi untuk penyelesaian
yang lain. Wong jelas-jelas sudah dipastikan tak ada orang kesebelas, lantas
siapa pelakunya?
Hmm, jangan khawatir, pesimisme saya
itu tidak terbukti koq. Penyelesaian kasusnya masih khas Christie, sangat
rasional, tak ada unsur magis :D Dan lagi-lagi kalau kita mau teliti,
semua clue sebenarnya sudah disebar Christie koq di sepanjang cerita, tapi
yaaah saya tak mampu melihatnya di kesempatan pertama membaca :/
Jadiii, book-meter untuk buku ini :
Review ini juga dibuat dalam rangka mengikuti :
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komen :)