Salah satu keuntungan menjadi anggota
BBI adalah kita berkesempatan untuk ikut serta mencicipi isi buku-buku yang baru terbit, atau bahkan belum terbit. Contohnya, ya buku Sejenak Hening
karya Adjie Silarus ini. Kalo kalian jalan-jalan ke toko buku manapun saat ini,
bisa dipastikan gak akan mungkin melihat buku ini terdisplay di rak
mereka,karena memang buku ini belum terbit :P Namun sang penulis sudah
memberikan kesempatan kepada 5 orang anggota BBI untuk membaca dan mereview
teaser buku ini, asyik kan jadi BBI-er? :)
Disclaimer dulu : review ini hanya
berdasarkan teaser sejumlah 83 halaman (bukan naskah utuh) dan sifat reviewnya
sangat subjektif (karena saya bukan reviewer profesional) jadi semua yang saya
tulis murni berdasarkan pengalaman membaca saya.
***
Sejujurnya,saya bukan orang yang
terlalu senang membaca buku motivasi. Kenapa? Karena saya merasa buku-buku
seperti itu hanya membuat kita ber-iya-ho'oh saat membacanya saja. Begitu
selesai, tutup buku, ya sudah kembalilah kita ke dunia nyata dimana
pengaplikasian teori-teori di buku motivasi tersebut terasa tak semudah saat
membacanya. Kalau begitu, kenapa sekarang saya ambil tawaran mereview teaser
buku ini? Alasan pertama karena buat saya ini kesempatan langka, mereview buku
yang belum terbit gitu, kapan lagi?Hehe. Alasan kedua, karena saat tawaran ini
datang, kebetulan sedang ada beberapa hal tak biasa terjadi di kehidupan riil
saya. Otomatis saat itu saya sedang membutuhkan banyak kalimat-kalimat penguat,
dan salah satunya saya harap bisa saya temukan di buku ini. *ealaah malah curhat xD
Buku ini tentang meluangkan waktu sejenak untuk diam tetapi merupakan pergerakan untuk tenang. karena saat ada tenang maka akan ada yang menemanimu untuk menang.
Secara keseluruhan, buku ini terdiri
dari 37 bab. Masing-masing bab diberi judul yang menggambarkan metafora topik
yang dibahas pada bab tersebut. Semisal,
bab pertama berjudul 'Menutup Jendela'. Pada bab ini,penulis mengawali
tulisannya dengan 1 cerita ilustrasi : pada suatu malam yang berangin kencang,
seseorang merasa kedinginan, namun ia tetap memilih membiarkan jendela rumahnya
terbuka. Apa makna cerita ini? Dalam hidup,kita seringkali sadar bahwa kita
mendapat pengaruh yang negatif dari suatu hal, dan secara sadar pula kita
membiarkan diri ini terus-menerus terpapar pengaruh negatif tersebut.
Padahal,jika kita mau, pengaruh negatif itu bisa kita tangkal dengan hanya
melakukan 1 hal sederhana, sesederhana menutup jendela. Contohnya simpelnya, di
jejaring sosial mungkin kita berteman dengan suatu akun yang menyebarkan
pesan-pesan yang kurang baik, tapi kita membiarkannya saja. Padahal,kalau kita
mau, kita bisa dengan mudah memblok akun tersebut. Ingat lhoo, kita berhak
memilih lingkungan terbaik yang bisa mensupport perkembangan fisik dan jiwa
kita :D
Secara garis besar seperti itulah isi
teaser buku ini. Diawali dengan sebuah ilustrasi sederhana, dituturkan apa
maknanya, lantas diberikan contoh pengaplikasiannya dalam dunia nyata. Dengan
konsep pemaparan seperti itu, pesan yang dibawa buku ini bagi saya cukup
mengena. Tentang pentingnya hidup 'di masa kini' (it means not thinking too
much about our past or our future, but really present our mind for this time),
pentingnya senyuman (yeah, senyum itu pasti menghadirkan kebahagiaan untuk diri
kita sendiri), bagaimana mengelola emosi (kalau lagi marah,tak usah mencoba
mengelak, akui saja kemarahan itu, sambil pelan-pelan kita bisikkan pada hati
untuk berdamai), dan masih banyak lagi pesan-pesan yang lain.
Jika buku-buku motivasi lain
kebanyakan mengajak pembacanya untuk bergerak dan bergerak mengejar berbagai
peluang, buku ini justru mengajak kita untuk berdiam. Ya, itulah uniknya, dan
disini pula letak kelebihannya. Alih-alih mengajak kita menggebu-gebu membuat
target baru, buku ini justru mengajak kita mensyukuri seeegaalaa hal yang kita
miliki saat ini. Lihatlah dirimu saat ini, lihat orang-orang yang ada di
sekitarmu kini, lihat anugerah yang telah Tuhan berikan padamu saat ini, dan
bersyukurlah :)
Jadi teringat kalimat seorang teman :
"sesekali kita perlu diam untuk menghela nafas."
Ya, diam, memang saya rasakan bisa
menjadi energi pendorong yang sangat besar bagi langkah kita selanjutnya.
Cukup banyak quote-quote dalam buku
ini yang makjleb, namun yang paling makjleb buat saya adalah :
Seringkali, saat bertemu dengan orang yang kita cintai dan sayangi, secara fisik kita memang hadir dan ada bersama dengannya, tetapi pikiran kita tidak.
Overall buku ini bagus untuk
mengingatkan kita lebih santai dalam menjalani hidup di era yang serba instan
ini. Memang bukan sebuah konsep yang baru karena beberapa agama juga
mengajarkan hal serupa, hanya saja seringkali kita lupa. Nah,saya
mengistilahkan buku ini merupakan versi universal dan aplikatifnya. Universal
tentu karena tak mengklaim dari suatu ajaran agama sehingga bisa dinikmati
siapapun. Aplikatif karena disertai contoh-contoh yang bisa langsung dipraktekkan pembacanya. Satu kata yang saya rasakan setelah selesai membaca buku ini : adem :')
Dari segi tata bahasa, sebatas teaser
yang saya baca, diksinya menggunakan bahasa sehari-hari, jadi ya mudah diikuti.
Kalo masalah typo, hehe, saya bukan polisi typo jadi gak fokus kesana. Kalo
typo menonjol sih saya gak menemukan. Oh iya, di teaser itu full tulisan, saya
sih berharap semoga versi tercetaknya disisipi gambar-gambar ilustratif.
Book-meter? Ini kan baru teaser ya,
rasanya terlalu dini kalau saya beri book-meter disini. Jadi, book-meternya
tunggu versi tercetaknya saja yaa *iyaa ini kode :3
2 komentar:
Temanya memang unik meskipun kalau dibaca berurutan cenderung bikin bosan, lebih pas kalau dibaca secara acak *menurut Fenny ;)
saya bacanya berurutan sih mbak hehe,tapi memang ada beberapa bab yg saya rasain bener2 jleb banget. Favorit saya bab "Sebuah Kehadiran", klo mbak fenny yang mana? :-) btw salam kenaaal ^.^
Posting Komentar
Silahkan komen :)