Nggak ada angin, nggak ada hujan,
pada suatu siang salah seorang teman di kantor saya memberikan novel terjemahan
Stephen King yang berjudul Rose Madder, Wanita dalam Lukisan. Rupanya, novel
ini sudah lama dibeli oleh beliau namun tidak pernah tuntas terbaca. Begitu
tahu kalo saya hobi banget baca novel yang berbau-bau misteri, langsung deh
novel ini dihibahkan ke saya.
Sebelum ini, saya sama sekali
belum pernah membaca karyanya Stephen King, jadi saya sama sekali nggak tahu
genre penulis ini tepatnya apa. Ya sudah deh, coba dibaca aja :D
Novel setebal 765 halaman ini berkisah tentang
seorang wanita bernama Rose Daniels yang menikah dengan seorang pria kejam
bernama Norman Daniels. Selama 14 tahun pernikahan mereka, Norman yang
berprofesi sebagai polisi seringkali menganiaya Rose, bahkan hingga Rose pernah
mengalami keguguran.
Entah apa yang membuat Rose
pasrah saja menerima perlakuan itu. Rose bahkan berpikir suatu saat suaminya
pasti akan menganiayanya hingga tewas, dan itu berarti usailah penderitaan dia.
Sampai suatu saat, memasuki tahun ke-14 pernikahannya, Rose tersadar bahwa bisa
saja kejadian itu tak kunjung tiba. Rose berkata dalam hati, “bagaimana jika
suamiku tak kunjung membunuhku? sampai kapan aku akan merasakan penganiayaan
ini?”.
Novel yang sangat kejam. Yap,
itulah kesan yang saya tangkap di bagian awal novel. Suka sih suka sama genre
misteri, tapi bukan yang sekejam ini juga -__-
Setelah berpikir demikian, Rose
tiba-tiba memiliki keberanian untuk melarikan diri, bahkan dengan membawa kartu
ATM milik suaminya. Rose kabur ke kota lain yang jaraknya 800 mill dari kota
tempat tinggal ia dan suaminya. Sesampainya di kota tersebut, beruntunglah Rose
karena ia melihat stan Traveler’s Aid
di terminal kedatangan. Petugas stan tersebut lalu mengarahkan Rose ke sebuah
yayasan bernama Daughters & Sisters,
sebuah yayasan nirlaba yang menampung
wanita-wanita yang mengalami tindak KDRT. Di yayasan ini, Rose dibekali
sejumlah keterampilan, bahkan ditempatkan magang sebagai cleaning service di sebuah hotel. Alhasil, Rose yang semenjak
menikah terisolasi dari pergaulan, kini kembali memiliki kepercayaan diri yang
tinggi. Di yayasan itu pula, Rose berkenalan dengan sejumlah wanita yang lantas
menjadi sahabat-sahabatnya.
Konsep yayasan Daughters and Sisters ini sungguh saya
suka, karena menolong wanita-wanita yang semula teraniaya dengan cara
memberdayakannya hingga mereka kembali meraih kepercayaan diri. Mereka diajari
keterampilan yang bisa dipakai untuk bekal melamar kerja, diberi terapi
psikologis, serta dibekali pula dengan ilmu bela diri. Kira-kira di Indonesia
udah ada belum ya yayasan berkonsep seperti ini ? :O
Banyak statement-statement yang
diucapkan ketua yayasannya yang sangat bermakna menurut saya :
Dan kau tak perlu berterima kasih padaku, Tuhanlah yang membawamu kemari, Tuhan dengan T besar.. (hal. 94)
Kau bisa menjadi orang bebas kalau KAU mau (hal. 98)
Bukan aku yang menyelamatkanmu. Kau sendiri yang menyelamatkan hidupmu ketika kau mengambil resiko dan meninggalkan pria yang menyakitimu (hal. 178)
Kau tahu bagaimana membalasnya kan?dengan meneruskannya pada orang lain. Benar, kalau suatu ketika kau melihat orang seperti dirimu di jalan--wanita yang tampak tersesat dan takut pada bayangannya sendiri--tolonglah dia (hal. 186-187)
Bisa diliat dari
statement-statement itu, si ketua yayasan sama sekali tidak menuntut imbal
balas budi dari Rosse. Ia hanya meminta Rosse meneruskan perbuatan baiknya,
pada wanita lain. Wow, bisa dibayangkan, efek dominonya pasti luar biasa ya?
Setiap orang yang ditolong akan terpicu untuk menolong orang yang lain lagi :D
Kehidupan Rosse sangat berubah
setelah ia kabur dari rumah. Rosse bukan hanya mendapatkan pekerjaan di kota
barunya, ia juga bertemu dengan seorang pria yang sangat mencintainya bernama
Bill Steiner. Bersama Bill, Rosse merasakan cinta yang sesungguhnya, cinta yang
melindungi.
Namun, Norman, suami Rosse tidak
tinggal diam ketika mengetahui istrinya kabur. Karena dia polisi, jadinya ya
gampang-gampang aja baginya untuk melacak jejak Rosse. Norman ini beneran tipe
maniak banget deh, hampir semua orang-orang yang menolong Rosse berhasil
dihabisinya, termasuk si ketua yayasan, dan dengan cara yang kejaaaaaam banget
T.T
*Ps : pengeksposan detail
kekerasan di novel ini menurut saya terlalu ekstrim, gak baik untuk pembaca di
bawah umur*
Dan ternyata, novel ini bergenre
semi-fantasi. Rosse diceritakan memiliki sebuah lukisan yang ‘hidup’. Saat
Norman akhirnya berhasil menemukan Rosse, Rosse kabur menembus lukisan
tersebut.
Di dalam lukisan ini, ada tokoh wanita yang merupakan ‘pencerminan’
diri Rosse, bernama Rose Madder. Tokoh wanita khayali inilah yang akhirnya
berhasil membunuh Norman.
Ending kisahnya, Rosse menikah
dengan Bill Steiner. Namun, trauma masa lalu rupanya masih membayangi diri Rosse,
dan entah kenapa *saya agak kurang ngerti latar belakang yang bagian ini*, Rosse
berubah menjadi sangat pemarah. Tapi, memang ada pesan yang sangat bagus di
akhir kisahnya, bahwa seburuk apapun masa lalu kita, kita harus belajar
memaafkan :’)
Yap
yap, karena novel ini memberikan cukup banyak pelajaran, tapi saya agak
ngeri sama detail adegan penganiayaannya, jadi book-meter untuk buku
ini :
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komen :)