Rabu, 19 Juni 2013

Rose Madder (Stephen King, 1995)


Nggak ada angin, nggak ada hujan, pada suatu siang salah seorang teman di kantor saya memberikan novel terjemahan Stephen King yang berjudul Rose Madder, Wanita dalam Lukisan. Rupanya, novel ini sudah lama dibeli oleh beliau namun tidak pernah tuntas terbaca. Begitu tahu kalo saya hobi banget baca novel yang berbau-bau misteri, langsung deh novel ini dihibahkan ke saya.

Sebelum ini, saya sama sekali belum pernah membaca karyanya Stephen King, jadi saya sama sekali nggak tahu genre penulis ini tepatnya apa. Ya sudah deh, coba dibaca aja :D



Novel setebal 765 halaman ini berkisah tentang seorang wanita bernama Rose Daniels yang menikah dengan seorang pria kejam bernama Norman Daniels. Selama 14 tahun pernikahan mereka, Norman yang berprofesi sebagai polisi seringkali menganiaya Rose, bahkan hingga Rose pernah mengalami keguguran.



Entah apa yang membuat Rose pasrah saja menerima perlakuan itu. Rose bahkan berpikir suatu saat suaminya pasti akan menganiayanya hingga tewas, dan itu berarti usailah penderitaan dia. Sampai suatu saat, memasuki tahun ke-14 pernikahannya, Rose tersadar bahwa bisa saja kejadian itu tak kunjung tiba. Rose berkata dalam hati, “bagaimana jika suamiku tak kunjung membunuhku? sampai kapan aku akan merasakan penganiayaan ini?”.

Novel yang sangat kejam. Yap, itulah kesan yang saya tangkap di bagian awal novel. Suka sih suka sama genre misteri, tapi bukan yang sekejam ini juga -__-

Setelah berpikir demikian, Rose tiba-tiba memiliki keberanian untuk melarikan diri, bahkan dengan membawa kartu ATM milik suaminya. Rose kabur ke kota lain yang jaraknya 800 mill dari kota tempat tinggal ia dan suaminya. Sesampainya di kota tersebut, beruntunglah Rose karena ia melihat stan Traveler’s Aid di terminal kedatangan. Petugas stan tersebut lalu mengarahkan Rose ke sebuah yayasan bernama Daughters & Sisters, sebuah yayasan nirlaba yang  menampung wanita-wanita yang mengalami tindak KDRT. Di yayasan ini, Rose dibekali sejumlah keterampilan, bahkan ditempatkan magang sebagai cleaning service di sebuah hotel. Alhasil, Rose yang semenjak menikah terisolasi dari pergaulan, kini kembali memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Di yayasan itu pula, Rose berkenalan dengan sejumlah wanita yang lantas menjadi sahabat-sahabatnya.

Konsep yayasan Daughters and Sisters ini sungguh saya suka, karena menolong wanita-wanita yang semula teraniaya dengan cara memberdayakannya hingga mereka kembali meraih kepercayaan diri. Mereka diajari keterampilan yang bisa dipakai untuk bekal melamar kerja, diberi terapi psikologis, serta dibekali pula dengan ilmu bela diri. Kira-kira di Indonesia udah ada belum ya yayasan berkonsep seperti ini ? :O

Banyak statement-statement yang diucapkan ketua yayasannya yang sangat bermakna menurut saya :

Dan kau tak perlu berterima kasih padaku, Tuhanlah yang membawamu kemari, Tuhan dengan T besar.. (hal. 94)
Kau bisa menjadi orang bebas kalau KAU mau (hal. 98)
Bukan aku yang menyelamatkanmu. Kau sendiri yang menyelamatkan hidupmu ketika kau mengambil resiko dan meninggalkan pria yang menyakitimu (hal. 178)
Kau tahu bagaimana membalasnya kan?dengan meneruskannya pada orang lain. Benar, kalau suatu ketika kau melihat orang seperti dirimu di jalan--wanita yang tampak tersesat dan takut pada bayangannya sendiri--tolonglah dia (hal. 186-187)
Bisa diliat dari statement-statement itu, si ketua yayasan sama sekali tidak menuntut imbal balas budi dari Rosse. Ia hanya meminta Rosse meneruskan perbuatan baiknya, pada wanita lain. Wow, bisa dibayangkan, efek dominonya pasti luar biasa ya? Setiap orang yang ditolong akan terpicu untuk menolong orang yang lain lagi :D

Kehidupan Rosse sangat berubah setelah ia kabur dari rumah. Rosse bukan hanya mendapatkan pekerjaan di kota barunya, ia juga bertemu dengan seorang pria yang sangat mencintainya bernama Bill Steiner. Bersama Bill, Rosse merasakan cinta yang sesungguhnya, cinta yang melindungi.

Namun, Norman, suami Rosse tidak tinggal diam ketika mengetahui istrinya kabur. Karena dia polisi, jadinya ya gampang-gampang aja baginya untuk melacak jejak Rosse. Norman ini beneran tipe maniak banget deh, hampir semua orang-orang yang menolong Rosse berhasil dihabisinya, termasuk si ketua yayasan, dan dengan cara yang kejaaaaaam banget T.T 
*Ps : pengeksposan detail kekerasan di novel ini menurut saya terlalu ekstrim, gak baik untuk pembaca di bawah umur*

Dan ternyata, novel ini bergenre semi-fantasi. Rosse diceritakan memiliki sebuah lukisan yang ‘hidup’. Saat Norman akhirnya berhasil menemukan Rosse, Rosse kabur menembus lukisan tersebut. 


Di dalam lukisan ini, ada tokoh wanita yang merupakan ‘pencerminan’ diri Rosse, bernama Rose Madder. Tokoh wanita khayali inilah yang akhirnya berhasil membunuh Norman.

Ending kisahnya, Rosse menikah dengan Bill Steiner. Namun, trauma masa lalu rupanya masih membayangi diri Rosse, dan entah kenapa *saya agak kurang ngerti latar belakang yang bagian ini*, Rosse berubah menjadi sangat pemarah. Tapi, memang ada pesan yang sangat bagus di akhir kisahnya, bahwa seburuk apapun masa lalu kita, kita harus belajar memaafkan :’)


Yap yap, karena novel ini memberikan cukup banyak pelajaran, tapi saya agak ngeri sama detail adegan penganiayaannya, jadi book-meter untuk buku ini :



Review ini juga dibuat dalam rangka mengikuti :

 

  

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komen :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
back to top
 

Boekenliefhebber Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino