Jumat, 05 Juli 2013

After the Funeral/Setelah Pemakaman (Agatha Christie, 1953)




Welcome July…. ^__^

Belum terlalu terlambat kan buat ngucapin ini, liat kalender masih tanggal 5 koq hehe, dan ternyata ini adalah posting pertama saya di bulan Juli.

Sebelum mulai ke inti posting, mau bikin pengakuan dosa dulu :p Jadii, semenjak satu minggu yang lalu, saya masih berkutat dengan bacaan yang sama, sebuah novel yang tebalnya 798 halaman baru berhasil saya baca sampai halaman 553. Menyerahkah saya? Ohhooo, tentu tidak, ceritanya lagi seru-serunya koq :p Berhubung novel ini belum selesai saya baca, otomatis saya belum bisa mereviewnya. Tapi saya gak tega membiarkan blog ini dicuekin begitu lama, jadi saya putuskan untuk memposting review buku yang beberapa waktu lalu baru selesai saya baca saja, setuju yaaa pemirsaa? *harus setuju :D *lalu hening*


Well, daripada kebanyakan prolog, mending langsung aja yah saya pamerin penampakan si-buku :




Yuhuuuuu, Agatha Christie [Lagi], kali ini judulnya adalah After the Funeral/Setelah Pemakaman.

Cover buku yang saya peroleh ini *kalo gak salah* adalah versi kedua terbitan GPU. Jujur, untuk seri Hercule Poirot-nya Agatha Christie, cover versi kedua dan versi ketiga-lah yang paling saya suka. Kalo versi pertama, terlalu kuno. Sedangkan versi teranyar (versi keempat), aaah buat saya terlalu unyu-unyu untuk sebuah novel detektif >,< Yang versi kedua dan ketiga yang menurut saya paling pas, kesan elegan dan moderatnya dapet, tapi nuansa detektifnya juga masih dapet, anggun anggun misterius gimanaaa gitu *halah *eh tapi saya juga gak nolak koq klo ada yang mau ngasih cover versi terbaru *winkwink*

Lantas kasus apakah yang terjadi di buku After the Funeral? Ini blurb-nya :-)

Dari dulu Cora Lansquenet suka bicara melantur… dan keluarganya yang terhormat mengabaikan komentar yang diucapkannya setelah pemakaman kakaknya, Richard.
“Dia dibunuh, kan?”
Mereka ingat lagi komentar itu keesokan harinya, ketika Cora ditemukan terbunuh dengan sebuah kapak dan beberapa hari kemudian, ketika ada orang mengirim sepotong kue pengantin yang telah dicelup arsenic kepada teman serumah Cora.
Tapi waktu itu pengacara keluarga sudah memanggil Hercule Poirot.

Yap, buku ini masih bercerita tentang kasus pembunuhan. Ada 2 kematian beruntun yang bisa kita temui di buku ini. Yang pertama, kematian Richard Abernethie, yang merupakan anak tertua sekaligus pengelola kekayaan dari keluarga Abernethie. Pemakaman Richard dihadiri oleh hampir semua adik-adik (baik kandung maupun ipar) dan keponakannya. Setelah pemakaman selesai, Cora, salah satu keponakan Richard, mengeluarkan komentar aneh : “Dia dibunuh, kan?”

Nah lhoh,, padahal keluarga menganggap Richard meninggal hanya karena sakit. Awalnya sih keluarga gak nanggepin komentarnya, tapi mereka kaget saat keesokan harinya Cora ditemukan meninggal karena serangan kapak. Tentu saja, mereka jadi berpikir, apakah kematian Cora ada hubungannya dengan komentar itu?

Ritme buku ini bisa dibilang cukup cepat, dua kasus kematian langsung disajikan di bab awal.

Setting kasus ini adalah sebuah keluarga terhormat khas Inggris. Buat yang suka baca novel-novel jaman baheula karya penulis-penulis negeri Ratu Elizabeth pasti paham ciri-ciri keluarga terhormat khas Inggris yang saya maksud : keluarga yang memiliki sebuah kediaman luas, keluarga yang terdiri dari cukup banyak ahli waris, dan biasanya memiliki seorang pelayan tua setia.

Dengan setting ini, sekilas kasus After the Funeral pasti sangat simpel. Modus kematian Richard pasti karena harta warisan, sedangkan kematian Cora pasti karena komentarnya yang membahayakan si pembunuh Richard. Waaaah, kalo iya sesimpel ini mah gak perlu kedatangan Hercule Poirot lagi :P

Hercule Poirot *detektif paling brilian buat sayaa :p* justru mempertanyakan : kematian Richard -> komentar Cora -> kematian Cora,, apakah benar merupakan sebuah rangkaian??

Sebuah pertanyaan sepele, tapi justru inilah kunci untuk mengungkap pelaku beserta modusnya.

Intinya, kasus ini tidak bisa dibilang simpel. Akan ada beberapa kejutan di sepanjang novel, salah satunya adalah pengakuan dari seorang adik Richard bahwa ialah yang membunuh Richard dan Cora. Pengakuan jujur-kah? Hmm, baca sendiri yak :D


Kasus ini memang tipikal kasus dimana hampir semua tokoh memiliki kesempatan dan modus untuk menjadi pembunuh. Tentu perlu kejelian untuk menganulir satu demi satu tokoh yang tidak mungkin melakukan hal tersebut, apalagi jumlah adik kandung dan ipar Richard cukup banyak, yaitu ada 11 orang. Nah, buat yang suka kesulitan menghafal nama-nama tokoh, di bagian awal buku ini tercantum sebuah diagram pohon keluarga, yang berisikan nama-nama seluruh anggota keluarga lengkap dengan hubungan kekerabatannya. Kurang baik apa coba tante Agatha Christie? mempermudah kita ikut menganalisis kasus ini kan :’).

Sayangnya, dalam kasus ini Hercule Poirot tidak didampingi Hastings, aaaaah saya tetep aja berasa ada yang kurang kalo si kapten nan baik hati,romantis,namun begitu polos ini tidak muncul di samping Poirot. Sebagai gantinya, kali ini Poirot didampingi oleh Tuan Entwhistle yang merupakan pengacara keluarga Albernethie. Sudut pandang penceritaan yang dipakai adalah sudut pandang orang ketiga. Ini nih yang membuat buku ini terasa ‘kurang’ buat saya. Biasanya, jika tokoh Hastings muncul, Agatha Christie selalu menggunakan sudut pandang orang pertama, yakni Hastings sendiri. Gaya penceritaan dari kacamata Hastings, yang notabene merupakan sahabat dekat Poirot, menurut saya, bisa memberikan nuansa yang lebih ‘blak-blakan’. Hastings bukan hanya pandai menuliskan apa yang ia lihat, tapi ia juga menyelipkan di sepanjang cerita tentang apa yang ia rasakan, termasuk tidak jarang ia menuliskan juga rasa kesalnya pada Poirot yang selalu lebih suka menyembunyikan kesimpulannya sampai akhir cerita. Hal ini menambahkan cita rasa humor tersendiri dalam kisah Poirot-Hastings. Kisah-kisah Poirot tanpa Hastings sering saya rasakan sedikit lebih ‘kaku’, termasuk buku ini :(
Jadi, kesimpulan akhir, kalau dari segi kasus dan pemecahannya sangat brilian, cuma kurang oom Hastings sajaaaaa :p

Dan book-meter untuk buku ini adalah : 


 Review ini juga dibuat dalam rangka mengikuti :

 


2 komentar:

alvina vanila on 29 Agustus 2013 pukul 21.08 mengatakan...

belum bisa move on dari Sherlock, jadi belum jatuh cinta sama AC. Tapi mungkin bisa aku coba baca ini nih. kayaknya seru, meski covernya...em...serem. ._.

A on 30 Agustus 2013 pukul 09.43 mengatakan...

Ayo dicoba dulu :D hihi aku malah kurang suka cover AC yang edisi terbaru, terlalu unyu buat novel detektif :p

Posting Komentar

Silahkan komen :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
back to top
 

Boekenliefhebber Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino