Senin, 04 November 2013

After Rain (Anggun Prameswari,2013)


Mungkin aku dibutakan oleh cinta, sebab akalku dikacaukan olehmu.
Seberapa banyak pun aku meminta, kau takkan memilihku.
Ini yang kau sebut cinta?
Menunggumu bukan pilihan.
Izinkan aku meninggalkanmu, dengan serpihan hati yang tersisa.
Dan jika ternyata dia yang ada di sana,
sama-sama menanggung keping-keping hati yang berhamburan,
saat kami saling menyembuhkan—salahkah itu?


Pengakuan : Saya sangat jaaaaraaang sekali membeli novel bergenre teenlit/chicklit, penyebabnya bukan karena saya gak suka romance, tetapi karena pada dasarnya saya gak mau rugi mengeluarkan uang untuk buku yang habis dibaca dalam sekali duduk, hehe, aneh ya? Biarin ah, kan Low Budget Reader xD. Jadi, saya mengandalkan jurus 'meminjam' kalau lagi pengen baca genre teenlit, termasuk novel After Rain ini. Cuma butuh waktu 2 jam ndekem di perpus kantor, novel ini tandas terbaca tanpa skimming.

Novel ini mengangkat tema cinta terlarang antara Seren (26 tahun, TK/0) dengan Bara (31 tahun, K/I/1). Pssst,saya sengaja menyisipkan notasi-notasi NPWP untuk memperhalus status mereka. Dalam bahasa sehari-hari sih berarti Seren belum menikah dan belum punya anak, sementara Bara telah menikah dengan istri yang mempunyai usaha dan telah dikaruniai 1 orang anak. Halah, riweuh amat sih penjelasannya, bilang aja Seren pacaran sama suami orang ! *yaah kan saya bilang mau memperhalus xD


Meski demikian, jangan sebut Seren perebut suami orang, karena nyatanya Seren justru telah berpacaran dengan Bara jauh sebelum Bara menikahi istrinya yang bernama Anggi. Alasan pernikahan Bara dan Anggi masih menggunakan cerita klasik khas Siti Nurbaya, sebuah perjodohan demi melancarkan bisnis keluarga. Tentu awalnya Bara menolak karena ia sudah menganggap takdirnya adalah hidup bersama Seren, bukan Anggi. Bara bahkan sempat kabur dari rumah, hingga mengakibatkan ayahnya terkena serangan jantung. Yah,bisa ditebak, Bara akhirnya menyerah pasrah pada perjodohan ini.

Cinta memang gila, cinta memang egois. Mungkin itu tagline yang tepat untuk novel ini. Meski telah terhalang status pernikahan, Bara dan Seren sepakat tetap melanjutkan hubungan mereka, tentunya tanpa sepengetahuan Anggi. Hmm,mungkin kalau Anggi sendiri juga tidak mencintai Bara, cerita ini bisa menjadi jauh lebih sederhana. Sayangnya tidak demikian. Anggi sangat mencintai Bara, dan ia merasa bahwa Bara pun mencintainya *uhhuuk,hebat banget ya si Bara ini *ketok-able :|

Tanpa terasa, Seren dan Bara telah tiba di hari jadi hubungan mereka yang ke-10 tahun. Tujuh tahun pertama mereka adalah pasangan kekasih 'normal', lantas 3 tahun terakhir mereka berstatus pasangan selingkuh. Entah sampai kapan status tak menyenangkan tersebut akan terus mereka jalani. Yang pasti saat ini mereka tak peduli, terlebih ini adalah malam anniversary mereka.

Namun tidak demikian dengan Kean, sahabat baik Seren. Ia peduli, sangat peduli pada kebahagiaan Seren. Dan di malam anniversary Seren-Bara, Kean  'menampar' Seren dengan satu pertanyaan : 
Do you actually believe he's the one?


Karena 'kompor' dari Kean, malam itu Seren nekad meminta Bara untuk memilih, dia atau Anggi. Apa jawaban Bara? Bimbang ! Tidak bersedia memilih, bahkan marah-marah pada Seren. Namun, keesokan harinya, Bara memilih melepas Seren.  Bara baru sadar seharusnya hal itulah yang ia lakukan sejak 3 tahun lalu, demi kebaikan Seren serta demi kebaikan anak istrinya.

Seren shock ! Berpisah dengan orang yang telah bertahun-tahun bersama, melepaskan kebiasaan yang telah dilakukan terus-menerus selama sepuluh tahun, tentu bukan hal yang mudah, apalagi Seren dan Bara selama ini bekerja di perusahaan yang sama.

Karena tidak tahan, Seren akhirnya memilih untuk keluar dari perusahaan tersebut. Ia kemudian melamar menjadi guru bahasa Inggris di salah satu sekolah swasta. Di sekolah itu ia berkenalan dengan salah satu guru musik bernama Elang. Kebetulan, Elang juga mempunyai masa lalu yang hampir serupa dengan Seren, ia ditinggal menikah oleh kekasihnya (yang juga karena dijodohkan ortu-nya), tetapi bedanya Elang dan kekasihnya itu langsung putus sebelum pernikahan  digelar. 

Sampai sini, bisa ditebak kan bagaimana arah cerita selanjutnya?

Sejujurnya plot dan ending kisah ini sangat mudah ditebak, tidak ada twist yang istimewa sepanjang cerita. Namun, di balik kesederhanaan alurnya, saya bisa menangkap beberapa pesan dari novel ini.

Pertama, tentang logika cinta. Iya,saya paham kalau cinta bisa membuat orang 'tutup mata', rela melakukan apa saja demi bersama orang yang dicintainya. Manusiawi sekali jika seseorang yang tengah jatuh cinta berharap bisa menua bersama yang dicintanya. Tetapi jika takdir berkata lain, apa yang bisa kita lakukan? Ngotot tetap bersama dengan cara selingkuh seperti Bara dan Seren, atau memilih berpisah seperti Elang dengan mantan kekasihnya?

Ah, di antara dua pilihan itu, tampak sekali bukan, mana pilihan yang kekanakan dan mana pilihan yang bijak. Namun, lagi-lagi saya paham, logika seringkali tidak bekerja sempurna jika cinta sudah menguasai. Disinilah perlunya peran seorang sahabat,keluarga, atau siapapun lah untuk 'menampar' orang-orang nekad seperti Bara dan Seren. Tak ada yang berhak melarang kita untuk jatuh cinta pada seseorang, namun cinta tak selamanya harus dikatakan dan diekspresikan bukan? Cinta juga harus punya harga diri, jaga norma-norma dan keyakinan kita. Kalau terasa rumit, maka sebaiknya lepaskan (bukan lupakan) cinta itu, karena sejatinya cinta diciptakan untuk membuat kita bahagia, bukan menjebak kita dalam dilema :')

Pelajaran kedua, tentang konsep move-on. Oke, Seren dan Bara sudah memutus komitmen mereka, lalu selanjutnya apa?? Begitu pula ketika Elang dan mantan kekasihnya memilih berpisah, lalu selanjutnya apa?? Apa, atau bagaimana cara pasangan kekasih yang baru berpisah sebaiknya melanjutkan hidup mereka?
Kondisi idealnya sih, tentu berharap bisa kembali berteman. Tetapi apakah kenyataannya semudah itu? Saya rasa tidak, sebaik-baik apapun cara putus mereka, tak dapat dihindari akan ada fase dimana mereka (atau salah satu pihak) saling menjauh, kesannya kayak bermusuhan. Dan sepertinya hal paling menyakitkan dari putus itu bukan karena kehilangan 'dia' sebagai kekasih, tetapi justru karena kesadaran bahwa kita juga kehilangan 'dia' sebagai teman. 

Ada 2 pilihan pula yang kita punya saat kita putus, menghilang dan memutus segala akses komunikasi dengan mantan (kalau perlu sampai pindah kerja seperti Seren), atau melanjutkan hidup seperti biasa (seperti yang dipilih Elang). Mana pilihan yang lebih baik? Kalo menurut saya sih, tergantung tipe orang dan tipe kasusnya ya. Kalo memang dirasa lebih baik menghilang, saya rasa sah-sah saja, toh yang penting bisa move-on. Yang saya gak setuju itu, terlalu terburu-buru mencari pengganti, hadduuh, kasihan dong ah hatinya, kasih waktu istirahat sejenak rasanya lebih bijak x) *sok iye banget sayah ._.

Btw koq jadi ngelantur kemana-mana yah? Yah, intinya 2 pelajaran itu yang saya dapat dari novel After Rain ini.

Kembali ke segi plot. Saya merasa novel ini terlalu 'tipis'. Maksudnya, masih banyak hal-hal yang saya rasa masih bisa di-explore lebih dalam oleh penulis untuk memperkuat konflik. Misal, tentang bulan-bulan pertama pernikahan Bara dan Anggi, kan belum diceritain tuh. Saya penasaran aja, bagaimana Bara melewati bulan-bulan pertama tersebut, apakah dia langsung mampu berakting sebagai suami baik-baik, ataukah Bara terang-terangan menunjukkan sikap antipati pada Anggi? Lalu, dari sisi Seren sendiri bagaimana? Apakah dia pasrah langsung berganti status menjadi selingkuhan, atau awalnya ia sempat menjauh dari Bara lalu karena tidak tahan akhirnya  kembali bersama? Lebih bagus juga kalau peran keluarga Seren di-expose, kan penulis sempat menyinggung kalau Seren masih punya Ibu, nah seorang Ibu kan pasti sedikit banyak memainkan peranan dalam hidup anaknya, jadi gak cuma menyorot Kean (sahabat Seren) saja. Tokoh Anggi juga porsinya terlalu sedikit di novel ini. Konflik antara Anggi dan Bara justru baru muncul ketika Bara sudah putus dengan Seren. Lah, selama 3 tahun itu kemana aja bisa gak sadar diselingkuhin? Atau, sadar tetapi enggan mengakui? Nah, poin ini menurut saya bisa menjadi bahan konflik cerita yang menarik, karena memang ada loh orang yang sudah curiga pasangannya selingkuh tetapi ia enggan menelisik lebih jauh karena tak siap kehilangan, mungkinkah Anggi tipe yang seperti ini?Saya penasaran x)

Masih ada nih, (kalo gak sabar, boleh skip koq :p), saya merasa proses jatuh cinta Seren dan Elang terlalu cepat. Saya belum ngedapetin momen yang bisa membuat mereka tertarik satu sama lain. Kalo kasusnya cinta pertama sih, masih mungkin lah ya jatuh cinta dalam intensitas pertemuan yang cuma segitu, tapi kalau dalam kasus ini saya rasa perlu momen yang lebih nggreget lagi. Kenapa? Karena mereka tak butuh sekedar jatuh cinta, tapi mereka butuh keyakinan bahwa cinta kali ini tak akan menyakiti.

Dari segi pembangunan karakter, kemampuan penulis saya acungi jempol. Masing-masing tokoh memiliki karakter yang cukup pas. Saya suka tokoh Seren tidak dibuat menye-menye. Saya suka tokoh Kean, tipe sahabat yang benar-benar tulus. Tapi saya paling suka dengan tokoh Kenzo dan sepupunya Kean (lupa namanya, bukunya udah gak di tangan >,<), karaternya berkembang dengan apik, contoh yang positif untuk tokoh remaja dengan problema cinta monyetnya.

Nah,kalo tokoh yang paling nggak saya suka, paling bikin saya geregetan, siapa lagi kalo bukan Bara. Errrrr, Bara ini cowok bukan ya? *ups* Okelah dia gak bisa mengelak dari perjodohan, tetapi harusnya dia bertanggung jawab dong dengan pilihannya ini, belajar cintai Anggi, bukan malah selingkuh dengan Seren. Buat saya sih, pilihan Bara mempertahankan Seren dalam 3 tahun pertama pernikahannya, sama sekali gak ada romantis romantisnya tuh, yang ada malah kesan egois, mau sama Seren, tapi mau juga sama Anggi *buktinya bisa punya anak sama Anggi, hampir dua pula *tepokjidat*. Rasanya saya jauh lebih bisa memahami karakter tokoh yang selingkuh di tengah-tengah pernikahannya, ketimbang tokoh seperti Bara ini, amat sangat gak gentle kalo buat saya. Tetapi memang sepertinya sudah menjadi tujuan penulis sih, membuat karakter Bara semenyebalkan ini hehe.

Overall, dengan gaya bahasa yang renyah, buku ini bisa jadi teman yang menyenangkan koq untuk mengisi waktu istirahat di kantor :)




"Tepat begitu lo melihat senyumnya, lo yakin akan menghabiskan seluruh hidup dengannya. Mengabdi. Mencintai. Menikah. Punya anak. Menua bersama-sama. Pernah enggak berpikir sejauh itu? If you do, then he's the one" ----Seren

P.S. : Hampir lupa, saya suka banget dengan lagu You're My Favourite Mistake yang dinyanyikan Elang :D 


Review ini juga dibuat dalam rangka mengikuti :

 
http://lustandcoffee.wordpress.com/2013-indonesian-romance-reading-challenge/

 

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komen :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
back to top
 

Boekenliefhebber Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino