Senin, 19 Januari 2015

[Review #10] Walking After You




Masa lalu akan tetap ada. Kau tidak perlu terlalu lama terjebak di dalamnya.

Pada kisah ini, kau akan bertemu An. Perempuan dengan tawa renyah itu sudah lama tak bisa keluar dari masa lalu. Ia menyimpan rindu, yang membuatnya semakin kehilangan tawa setiap waktu. Membuatnya menyalahkan doa-doa yang terbang ke langit. Doa-doa yang lupa kembali kepadanya.

An tahu, seharusnya ia tinggalkan kisah sedih itu berhari-hari lalu. Namun, ia masih saja di tempat yang sama. Bersama impian yang tak bisa ia jalani sendiri, tetapi tak bisa pula ia lepaskan.

Pernahkan kau merasa seperti itu? Tak bisa menyalahkan siapa-siapa, kecuali hatimu yang tak lagi bahagia. Pernahkah kau merasa seperti itu? Saat cinta menyapa, kau memilih berpaling karena terlalu takut bertemu luka.

Mungkin, kisah An seperti kisahmu.
Diam-diam, doa yang sama masih kau tunggu.



Saya tipe orang yang percaya kalau ada banyak sekali orang di dunia ini yang memiliki penyesalan masa lalu, walaupun hanya sedikit yang berani mengakuinya. Kadarnya beragam. Ada yang ringan, biasanya cukup menjadikan kesalahan tersebut sebagai pembelajaran untuk masa kini dan masa mendatang. Namun, ada juga yang berat.. Sampai berharap : Andai waktu bisa diputar...

Anise (An), tokoh utama dalam cerita ini, adalah salah satu contoh tokoh yang punya penyesalan masa lalu yang berat. Sangat berat malah. Saudara kembarnya yang bernama Arlet, tewas dalam kecelakaan mobil hanya beberapa jam setelah memergoki An sedang bermesraan dengan Jinendra.

Jinendra adalah pemilik restaurant tempat An dan Arlet bekerja sebagai koki. Arlet menyukai Jinendra, dan An tahu itu.. Namun arah cinta seringkali tak bisa diterka. Jinendra justru menyukai An, bukan Arlet. Sebaliknya, An juga tak mampu mengelak bahwa ia juga menyukai Jinendra. Akhirnya, diam-diam, An dan Jinendra berpacaran. Cara ini terpaksa ditempuh karena An tidak ingin melukai Arlet.

Pada hari ulang tahun An dan Arlet, Jinendra memberikan hadiah berupa gelang bercorak benda laut hanya kepada An. Saat itulah, Arlet memergoki mereka. Jinendra memang belum pernah menyatakan cinta pada Arlet, tetapi tetap saja Arlet merasa dikhianati oleh An. Arlet marah. An merasa sangat bersalah. Akibat kejadian ini, An jadi tidak fokus ketika mengemudikan mobil yang juga ditumpangi Arlet dalam perjalanan pulang (iya, mereka tetap pulang bersama). Mobil itupun mengalami kecelakaan. An selamat karena kantung udaranya berhasil mengembang sempurna, sedangkan Arlet meninggal dunia.

Bisa dibayangkan, penyesalan yang dialami tokoh An.

Arlet, saudara kembarnya, meninggal dalam kondisi kecewa merasa lelaki incarannya direbut. Padahal selama ini Arlet selalu mengalah mengikuti kemauan An. Oh iya.. Arlet dan An ini kebetulan memiliki passion yang sama di bidang kuliner, hanya saja spesialisasi mereka berbeda. Arlet yang feminin, pemalu, dan lembut lebih tertarik mendalami dunia cake and bakery, sementara An yang riang dan cenderung tomboi lebih suka mendalami italian food. Dalam hal mengejar mimpi, Arlet cenderung lebih fleksibel. Seharusnya, seseorang yang ingin ahli dalam bidang cake and bakery mengambil kuliah di Eropa. Namun, dengan alasan tidak ingin terpisah dari An, Arlet memilih mengikuti pilihan An untuk kuliah di Australia. Lulus kuliah, mereka kembali ke Indonesia. Lagi-lagi, Arlet tidak memperjuangkan mimpinya untuk bekerja di toko kue, melainkan ikut bersama An bekerja di restaurant milik Jinendra. Di masa mendatang, An memiliki mimpi untuk membangun sebuah trattoria (semacam restaurant kecil), dan bisa ditebak, An berhasil membujuk Arlet mengikuti mimpinya itu.

Teriakan frustasi Arlet beberapa saat sebelum kecelakaan maut ini sukses membuat An dibayang-bayangi penyesalan mendalam..
Hanya sekali ini saja, An. Kenapa kau tidak bisa membiarkan aku mendapatkan apa yang kuinginkan sekali ini saja?

Tema melepaskan diri dari penyesalan masa lalu memang sudah sering diangkat dalam sebuah novel. Butuh satu 'racikan khusus' agar tema klise ini menjadi tetap menarik untuk dibaca. Dan, menurut saya, Windry Ramadhina berhasil menuangkan racikan khusus tersebut ke dalam novelnya ini ;). Walking After You, kalau saya boleh mencoba menerjemahkan, bukanlah berarti perjalanan An melepaskan diri dari Jinendra, melainkan perjalanan An selepas kepergian Arlet. Tema sisterhood jauh lebih menonjol di novel ini ketimbang tema move-on dari mantan dan mencari cinta baru.

Kematian Arlet membuat An sadar bahwa ia selama ini terlalu egois pada ambisi-ambisi dirinya, dan lupa memperhatikan harapan-harapan saudara kembarnya. Kematian Arlet membuat An berikrar untuk melepas semua mimpinya, dan memilih putar haluan mewujudkan mimpi-mimpi Arlet. Caranya? An melepas Jinendra, berhenti bekerja dari restaurant, lalu pindah menjadi asisten koki di sebuah toko kue. Yap, toko kue, sebagaimana mimpi Arlet...

Dan jujur, setting toko kue yang menurut saya jadi bagian paling menarik dari novel ini :p

Berlokasi di Bintaro, sebuah lokasi yang kebetulan cukup saya kenal, dan memang buat saya lokasi ini adalah satu dari sedikit lokasi di Jakarta yang masih homey. Toko kue-nya bernama Afternoon Tea. Dalam benak saya, toko ini dirancang dengan gaya Eropa Klasik. Beraura manis, hangat, dan syahdu. Cara penulis menjabarkan detail toko kuenya beserta menu-menu yang disajikan saya yakin sukses membuat siapapun yang membaca novel ini merindukan kehadiran toko kue semacam itu di dekat rumahnya.


Maybe, seperti ini? ;)
 Karakter para tokohnya juga menyenangkan semua, tidak sesuram temanya. Tipikal tokoh-tokoh yang punya keahlian-keahlian unik dan sangat passionate pada keahliannya itu. Ada Julian (Ju), kepala koki di Afternoon Tea. Dia sangat detail dalam membuat kue. Makanya, dia sempat marah-marah ketika tahu mendapat asisten An, yang keahliannya bukan di bidang kue. Kelihatan banget lah dari penjabaran di novel ini kalau Ju sangat mencintai profesinya. Hal yang asyik dari novel-novel dengan tokoh seperti ini adalah kita jadi bisa dapat banyak ilmu baru tentang profesi itu, tanpa merasa diceramahi :). Deskripsi tentang kulinernya, baik cake maupun italian food-nya juaraaaa deh!


Sayangnya, pengembangan hubungan Julian dan An terlalu mudah ditebak. Awalnya jutek-jutekan, lama-lama yaahh klise lah. Sesekali, saat membaca novel seperti ini, saya berharap ada kejutan. Bukti bahwa melepas masa lalu tak harus selalu berarti mendapatkan yang baru. Hehe, tapi ini cuma opini personal aja koq. So far, saya masih bisa menikmati interaksi yang terbangun antara An dan Julian.


Apalagi ada tokoh Gondo, ayah Julian, yang super asyik. Ada juga Galuh, sepupu An yang super care. Serta mama-papa An yang sangat hangat. Makin menambah aura kehangatan keluarga di novel ini.


Hanya ada satu tokoh yang buat saya aneh. Nama tokohnya Ayu. Dia disebut-sebut gadis pembawa hujan, karena ia selalu datang ke toko kue Afternoon Tea hanya bila hujan turun. Koq ya bikin novel ini tetiba beraura mistis? --" Dan sampai ending novelnya, saya masih gak paham di mana peran signifikan Ayu. Untunglah, sebelum sotoy menganalisis, mbah google ngasih tahu saya kalau ternyata tokoh Ayu ini pernah muncul juga di novel Windry sebelumnya. Jengjeng.. Apakah ini semacam kode akan ada novel tersendiri yang mengangkat kisah Ayu lebih jauh? Let's wait and see.


Mengenai diksi, ini kali pertama saya membaca karya Windry. Agak sedikit kaget karena bahasanya baku sekaliii~ Bahkan, ada beberapa kosakata baru yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Biku, yang ternyata artinya berhubungan dengan istilah jahit menjahit. Warna dadu.. Hei, warna apa itu? Putih? Putih Gading? Tapi perasaan dulu saya pernah beli monopoli yang warna dadunya hitam deh *abaikan x).


Lalu, bagaimana akhir kisah An? Apakah ia berhasil berdamai dengan kesalahannya? Benarkah ia tak layak lagi mengejar mimpinya sendiri?


"Katakan hujan. Apa yang lebih menyakitkan?
Tidak bisa melihatmu lagi, atau menyadari aku kehilangan dirimu karena kesalahanku sendiri. Aku terlalu takut untuk percaya.
Hujan, aku ingin percaya sekarang.
Namun, tentu saja ini terlambat bukan? Sebesar apapun aku percaya sekarang, kau tetap tidak akan kembali."

Well.. 4 of 5 stars out untuk kisah perjuangan mengikhlaskan masa lalu yang dibumbui aroma-aroma kue dan kuliner Eropa ^^.

Detail buku :
Judul : Walking After You
Penulis : Windry Ramadhina
Penerbit : Gagasmedia
Status : Beli di tokobuku.getscoop.com


0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komen :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
back to top
 

Boekenliefhebber Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino