Selasa, 12 Agustus 2014

[Review #9] Sabtu Bersama Bapak





Mungkin Bapak tidak dapat duduk dan bermain di samping kalian.
Tapi, Bapak tetap ingin kalian tumbuh dengan Bapak di samping kalian.
Ingin tetap dapat bercerita kepada kalian.
Ingin tetap dapat mengajarkan kalian.
Bapak sudah siapkan.

Ketika punya pertanyaan, kalian tidak pernah perlu bingung ke mana harus mencari jawaban.


I don’t let death take these, away from us.
I don’t give death, a chance.

Bapak ada di sini. Di samping kalian.
Bapak sayang kalian.”.


Buku ini berkisah tentang seorang ayah bernama Gunawan Garnida yang divonis menderita penyakit kanker. Oleh dokter, sisa usianya diprediksi hanya tinggal satu tahun lagi. Gunawan dan istrinya, Itje, tentu sangat sedih ketika mendengar vonis ini. Apalagi, mereka mempunyai 2 orang anak yang saat itu masih kecil. Jika vonis itu terbukti benar, maka Gunawan tidak akan lagi mempunyai waktu untuk membimbing kedua anaknya.

Tak ingin kedua anaknya tumbuh dewasa dalam kebingungan tanpa ada sosok bapak yang bisa menjadi tempat bertanya, Gunawan berinisiatif membuat video dokumenter. Dalam video itu, Gunawan merekam dirinya sendiri, mengajak anak-anaknya ngobrol dan memberikan berbagai values tentang kehidupan. Selama satu tahun sisa hidupnya, Gunawan berhasil merekam ratusan video. Gunawan berpesan pada istrinya agar video tersebut diputarkan satu persatu untuk anak-anaknya apabila ia sudah meninggal. Dengan demikian, kedua anak Gunawan, Satya dan Saka (a.k.a Cakra) tidak akan merasa 'kehilangan' bapaknya.



Awalnya, saya pikir nilai jual utama novel ini terletak pada sisi sentimentil yang tinggi. Saya sudah siap-siap saja bakalan mewek saat membacanya. Tetapi ternyata tidak, karena sang penulis, Adhitya Mulya membawakan tema ini dengan balutan bumbu humor. Terutama pada kisah yang menyangkut Saka, sang jomblo berusia kepala tiga yang sudah pernah tiga kali menyatakan cinta, namun empat kali ditolak :p. Gimana bisa? Baca sendiri dong ceritanya :). Btw, ini kali pertama saya membaca karya Adhitya Mulya. Dalam beberapa hal, saya merasa humornya agak jayus. Ada pula beberapa catatan kaki yang sebenarnya tidak diperlukan . Namun, banyak juga humornya yang sukses bikin saya ngakak. Lagi-lagi, terutama pada bullying yang dialami oleh Saka akibat status kejombloannya :p.

Pagi, Pak
Pagi, Firman
Pak mau ngingetin dua hal aja, Bapak ada induksi untuk pukul 9 nanti di ruang meeting
Oh, iya. Thanks. Satu lagi apa?
Mau ngingetin aja, Bapak masih jomblo
Enyah, kamu.

Interaksi antara Saka dan anak-anak buahnya yang gokil dan 'kurang ajar' membuat cerita perjalanan Saka mengejar cintanya menjadi sangat kocak. Nah, dalam perjalanan mengejar cintanya ini, Saka juga tidak lepas dari petuah-petuah sang Bapak.

Kata bapak saya.. membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan yang saling ngisi kelemahan..
Karena untuk menjadi kuat adalah tanggung jawab masing-masing orang. Bukan tanggung jawab orang lain. 
Setiap orang sebenarnya wajib menguatkan agama. Terlepas dari siapapun jodohnya.

Sepanjang novel ini, video-video nasihat Bapak diputarkan tanpa ada kesan menggurui. Semua video sukses membaur dengan aneka permasalahan sehari-hari para tokohnya. Kalau Saka banyak mendapatkan petuah tentang bagaimana mempersiapkan diri menjadi suami yang baik sebelum menikah, sebaliknya Satya (sang kakak) banyak mendapat petuah tentang perlunya tetap belajar dan berusaha untuk selalu menjadi ayah dan suami yang baik bagi anak dan istrinya.

Dari video-video itu, saya baru sadar...
I can't ask for a better you.
You, however, deserve a better me 

Saya sukaaaa baanget semua nasihat-nasihat yang diberikan sang bapak. Pandangan-pandangan hidup yang sang bapak berikan beberapa memang sesuai dengan prinsip yang saya yakini (walaupun eksekusi di kehidupan sehari-harinya entah, wkwkwk). Tentang komitmen dalam berumah tangga, tentang komitmen menggapai mimpi, tentang komitmen hidup mandiri.. Beberapa agak nyeleneh, tetapi semuanya ngena.

Kang, ketika kalian udah gede akan ada masanya kalian harus melawan orang.
Kalian gak punya pilihan lain selain melawan, dan menang..
Akan datang juga Kang, masanya..
Semua orang tidak akan membiarkan kalian menang.
Jadi, kalian harus pintar.
Kalian harus kuat.
Kalian harus bisa berdiri dan menang dengan kaki-kaki sendiri. 

Oh iya, ini bukan novel untuk anak-anak lho ya! Karena ada beberapa joke  dan adegan yang sedikit 'nakal'. Jadi, saya merekomendasikan novel ini minimal untuk above twenty aja lah yaa :p Cocok buat yang sedang berpikir untuk menikah, untuk yang baru menikah, bahkan yang sudah menjadi ayah. Buat pembaca perempuan? Cocok juga koooq.. Karena di novel ini ada tokoh Retna dan Rissa yang akan membuat kita belajar menjadi istri dan ibu yang baik #uhhuuuk :P. Yang pasti, buku ini adalah tipe buku yang ringan namun worth-it untuk dibaca berulang-ulang.

Btw, btw, kang adiiit, koq si bapak nggak punya anak cewek yaa? Kan saya jadi penasaran, nasihat apa yang kira-kira akan diberikan sang bapak jika ia mempunyai seorang putri yaa? Huhu, tadinya mau ngasih 5 bintang, tapi berhubung nggak ada tokoh anak ceweknya, jadi 4 bintang aja deh x)


0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komen :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
back to top
 

Boekenliefhebber Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino