Senin, 27 April 2015

[Review #12] Kata Kota Kita by Ayu Riana, Cindy Pricilla, dll




Dalam Kata Kota Kita, kita dibawa singgah dari Central Park di New York, purnama di Ankara, kemacetan di Jakarta, hingga indahnya Pantai Ora di Ambon. Dan seusai penjelajahan, kita dibuat tersenyum dan menyadari betapa kayanya kita sebagai manusia.

Kota-kota dalam kumpulan cerpen ini memberikan suaranya, menguarkan aroma, dan menunjukkan pemandangan yang ditulis dengan beragam tema, ditulis dengan beraneka gaya, mulai dari yang lincah ala MetroPop hingga mencekam ala novel horor.
Tujuh belas cerpen mengenai kota-kota yang berbeda ini menyajikan senyap dan riuh, tawa dan tangis, cinta dan kehilangan… Dan pada akhirnya membawa kita menuju kota yang menjadi tujuan pulang.
Para penulis adalah penulis yang terpilih dari Gramedia Writing Project batch 1.



Kata Kota Kita, sebuah klausa sederhana namun sangat ear-catchy. Ketika klausa ini terpilih menjadi judul buku kumpulan cerpen, dengan mudahnya mengundang saya tergoda mengetahui seperti apa isi bukunya. Kata Kota Kita, menjanjikan premis cerita di mana masing-masing kota dengan blak-blakkan berkata-kata akan kisahnya masing-masing. Kata Kota Kita, menjanjikan setting cerita yang dinamis, mulai dari lokasi yang terkenal keindahannya, hingga lokasi yang kerap dicemooh keruwetannya.

Rabu, 11 Februari 2015

[Review #11] Misteri Tujuh Lonceng by Agatha Christie


Penulis : Agatha Christie | Penerbit : GPU | 304 Hal
Setiap langkah teka-teki itu bertambah membingungkan, semakin mengerikan dan berbahaya dan akhirnya... Ternyata pemuda itu tidak mati karena terlindas mobil... Surat yang berbunyi, "Lupakan tentang Tujuh Lonceng. Aku pikir itu Cuma lelucon. Tapi bukan". Bunga-bunga putih menghias penutup peti memantulkan pucatnya wajah muda yang telah pergi... Tujuh jam berdetik di atas perapian berdetik semakin keras, dan mengancam.... Nomor Tujuh mengangkat tangannya perlahan, mencoba melepas pengikat topengnya...

Di suatu akhir pekan, enam orang pemuda yang bernama Gerry Wade, Ronny Deveraux, Bill Eversleigh, Jimmy Thesiger, Nancy, Helen, dan Socks berlibur bersama di suatu rumah peristirahatan dengan tuan rumah Sir Oswald Coote dan Lady Coote. Pasangan Coote adalah orang yang terbiasa berdisiplin, termasuk dalam hal waktu makan pagi. Gerry Wade kesulitan untuk mengikuti kebiasaan ini. Ia terbiasa bangun siang saat sedang liburan. Karena merasa tidak enak dengan pasangan Coote, Ronny Deveraux dan kawan-kawan berinisiatif keesokan harinya akan mengerjai Gerry Wade supaya ia berhasil bangun pagi. Mereka berdiskusi cara apa yang akan dipakai. Setelah meminta pendapat Pongo, sekretaris Coote yang sangat efisien, akhirnya mereka sepakat untuk menaruh 8 jam weker di kamar Gerry Wade secara sembunyi-sembunyi.

Keesokan harinya, saat kedelapan jam weker itu sudah berbunyi nyaring, Gerry Wade malah tidak bangun. Ia ditemukan tewas di dalam kamar. Diagnosa dokter, ia over dosis obat tidur. Yang aneh, delapan jam weker yang semula ada di kolong tempat tidur telah berubah posisi berjejer di atas perapian. Dan jumlahnya hanya tujuh. Satu jam weker yang hilang, ditemukan pecah di halaman. Siapa yang memindahkan jam weker tersebut?

Ronny Deveraux tidak percaya bahwa Gerry meninggal karena over dosis. Menurutnya, Gerry bukanlah orang yang kecanduan obat tidur. Pendapat Ronny ini diamini oleh adik tiri Gerry yang bernama Loraine Wade. Ronny dan Loraine malah curiga ada yang sengaja meracun Gery.

Tidak berselang lama, Ronny tewas tertembak di jalan dekat rumah peristirahat itu. Kali ini, sebelum tewas, Ronny sempat meninggalkan pesan terakhir kepada Lady Eileen Brent atau biasa dipanggil Bundle.Bundle adalah anak dari Lord Caterham, pemilik asli rumah tersebut. Pesan yang ditinggalkan Ronny berbunyi :
Tujuh Lonceng... Katakan, Jimmy Thesiger...

Nah, muncul lagi kalimat tujuh lonceng! Apakah kematian Ronny dan Gery saling terkait?

Bundle yang penasaran lalu mengajak Jimmy dan Bill untuk menyelidiki kasus ini lebih dalam. Berbekal informasi dari salah satu orang Scotland Yard, Inspektur Battle, Bundle mengetahui bahwa Tujuh Lonceng adalah nama salah satu organisasi bawah tanah. Pada saat yang hampir bersamaan, ayahnya memberitahu Bundle bahwa salah satu temannya yang bernama George Lomax yang akan mengadakan pesta privat mendapat surat kaleng peringatan dari Tujuh Lonceng. Pesta privat itu akan dihadiri oleh para politikus dan direncanakan akan ada 'transaksi' serah-terima dokumen rahasia di pesta tersebut. Demi mengamankan dokumen rahasia tersebut dan mencegah jatuhnya korban baru serta menangkap sang pelaku, akhirnya, Bundle, Bill, Jimmy, dan Inspektur Battle bersama-sama  datang ke pesta privat George Lomax.

Membaca buku karya Agatha Christie yang tidak menggunakan tokoh Hercule Poirot masih jarang memberikan keseruan yang sesuai ekspektasi awal saya, termasuk buku ini. Harus saya akui, saya sangat tersendat-sendat membaca buku ini. Siklus "pegang-baca-lempar-beralih ke buku lain" sudah berulang kali dialami oleh buku ini, dan gak selesai-selesai. Kalau boleh dibikin bullet points, ini beberapa penyebab mengapa buku ini kurang menyenangkan buat saya :

  • Premis cerita yang tidak baru
Cerita ada seseorang/sekelompok orang sedang mengincar dokumen rahasia negara, sudah pernah diangkat sebelumnya oleh Christie >,<. Tepatnya di cerpen berjudul Rancangan Kapal Selam, yang ada dalam buku Kasus-Kasus Perdana Poirot. Yup, sebenarnya bukan hal baru Agatha Christie mengembangkan cerpennya ke dalam sebuah novel utuh. Dan seringkali saya suka dengan pengembangannya karena saat membaca dalam 1 versi novel utuh saya bisa mendapatkan cerita yang lebih mendalam, dengan pengenalan tokoh yang lebih mengena, dan tentu saja biasanya lebih tegang. Tapi berbeda dengan buku Misteri Tujuh Lonceng ini. Buat saya, pengembangan cerita dalam buku ini lebih berkesan bertele-tele. Kisah pengantarnya tidak memiliki keterkaitan yang erat dengan kisah utama. Pengembangannya terasa kentang alias nanggung. Gimana nanggungnya? Akan saya jelaskan di poin ketiga :D. Sebelumnya, loncat ke poin 2 dulu.
  • Diksi yang 'aneh'
Di buku ini, ada satu tokoh bernama Socks yang diceritakan suka sekali menggunakan kata luwes. Saking terbiasanya, kata itu digunakan terlalu sering, tidak pada tempatnya, dan kesannya jadi krik krik...
Kami tak butuh jam yang luwes," kata Socks. "Yang kami butuhkan yang bunyinya nyaring."
Saya nggak paham apa makna kata luwes ketika itu dikonotasikan dengan jam. Menurut saya nggak nyambung sama sekali. Dan masih banyak lagi penggunaan kata luwes yang diucapkan Socks yang juga sama-sama nggak nyambung dengan objek yang dibicarakannya. Nggak tahu, ini masalahnya ada di penerjemahan atau bukan. Saya jadi penasaran, versi aslinya menggunakan kata apa ya? :D Hal yang dapat saya maklumi jika kebiasaan penggunaan kata luwes itu kemudian berhubungan dengan pemecahan kasus. Masalahnya ini tidak, jadi kan yaaa berasa mengganggu banget.
  • Keterkaitan antar-tokoh dan antar-cerita kurang dijelaskan
Ini yang saya bilang kentang alias nanggung. Di awal saya sebutkan, ada enam tokoh yang berlibur bersama. Tentu wajarnya mereka bisa berlibur bersama karena sudah saling mengenal, atau setidaknya dikenal oleh tuan rumah. Ini tidak.. Sampai akhir cerita saya masih bingung kenapa koq mereka semua bisa menginap bersama Lady Coote dan Sir Oswald Coote. Padahal dari interaksi yang terjalin, terkesan jelas bahwa mereka bukan hanya tidak saling mengenal, tapi juga tidak terlalu sepaham dengan keluarga Coote yang cenderung kolot. Sisi kentang lainnya tampak dari peristiwa pengungkapan terbunuhnya Gery dan Ronny yang kurang menonjolkan alasan psikologisnya. Ibaratnya, kalau tidak ada petunjuk kebetulan yang ditinggalkan salah satu almarhum, mungkin peristiwa ini tak akan pernah terungkap. Well, Christie tampaknya memang hanya memberikan kehebatan analisis psikologis mendalam pada karakter Poirot saja :p Intinya, dalam novel ini Christie terlihat terlalu terburu-buru (atau mungkin tokohnya yang kebanyakan?) sehingga karakter psikologis masing-masing tokoh belum sempat dikenali oleh pembaca, pelaku keburu terungkap.


Namun demikian, tidak adil rasanya kalau saya bilang buku ini sama sekali tidak ada sisi menariknya. Beberapa sisi menarik di buku ini :
  • Karakter Lord Caterham dan Lady Eileen Brent
 Sukaaa banget sama pasangan ayah-anak ini :D Karakter Lady Eileen Brent atau biasa dipanggil Bundle adalah tipikal perempuan muda yang enerjik. Sementara sang ayah, tipikal orang tua asyik. Yup, padahal dia kan bergelar Lord ya, yang biasanya digambarkan kolot-kolot gitu, tapi di buku ini enggak. Yang paling lucu, saat Bundle dilamar oleh salah seorang politikus tua. Responnya Lord Caterham itu bikin ngakak.

Halo, Bill. Mencari Lomax? Coba ke sini sebentar. Bisa aku minta tolong? Katakan pada dia ada rapat Kabinet mendadak atau apa saja yang bisa membuatnya pergi dari sini. Aku tidak tega melihat orang tua menjadi tolol gara-gara seorang gadis
  • Prinsip penyelidikan Inspektur Battle
Hal yang paling menjadi titik perhatian dari sebuah cerita detektif pasti penyelidiknya. Buat saya, penting banget karakter si penyelidik ini. Penyelidik yang punya prinsip-prinsip unik bisa membuat jalan cerita semakin menarik. Hal inilah yang dimiliki oleh Inspektur Battle. Ia punya prinsip, penyelidik itu hadir untuk mencegah kejahatan, bukan untuk mengatasi kejahatan. Jadi, ia tidak masalah jika kehadirannya mencolok, dan membuat penjahat jadi enggan melaksanakan niatnya.
Jadi membuat mereka berhati-hati? Mengapa tidak?
  • Cara kegelisahan Lady Coote dijabarkan
Di antara tokoh lainnya, mungkin hanya Lady Coote yang psikologinya digali paling dalam di buku ini. Tentang kegelisahannya pada sang suami yang ia anggap semakin ambisius dalam mengejar harta.
Dia terus dan terus maju sampai dia tak bisa berhenti lagi. Dia ingin jadi-- ah, aku tak tahu apa yang diinginkannya. Kadang-kadang aku jadi ngeri!
Tentang ketidaknyamanannya dalam berinteraksi dengan para pelayan. Semuanya tergambar jelas lewat adegan-adegan yang terjadi. Dan ini merupakan khas Christie, menceritakan karakter seseorang tidak secara langsung, tetapi lewat berbagai kejadian. Saya senang ciri khas ini masih ada di buku Misteri Tujuh Lonceng, walaupun yang paling kuat hanya di tokoh Lady Coote.

Nah, itulah dia sisi menyenangkan dan tidak menyenangkan dari buku Misteri Tujuh Lonceng ini. Sekali- sekali bikin review dalam bentuk bullet points ternyata asyik juga ya :p Oh iya, saya agak penasaran juga sih. Katanya ada satu buku Christie lain yang juga mengambil setting yang sama dan juga diselidiki oleh Inspektur Battle, yang judulnya Rahasia Chimneys. Mungkin hal-hal nanggung yang ada di buku Misteri Tujuh Lonceng ini bisa terjawab di Rahasia Chimneys. Who knows? :D Sebagai penutup buku ini, seperti biasa Christie juga menyelipkan sedikit nuansa sweet romance yang membuat pembaca bisa tersenyum setelah sepanjang buku tegang menyimak darah berceceran di mana-mana haha.

Untuk pengarang favorit, tidak mungkin kurang dari 3 bintang #eaaaaa.





Review ini diikutsertakan dalam :

Kategori : It's Been There Forever

Sabtu, 31 Januari 2015

[Review #11] The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of The Window and Disappeared


Penulis : Jonas Jonasson |  Penerbit : Bentang Pustaka
 | 508 Hal
Allan Karlsson hanya punya waktu satu jam sebelum pesta ulang tahunnya yang keseratus dimulai. Wali Kota akan hadir. Pers akan meliput. Seluruh penghuni Rumah Lansia juga ikut merayakannya. Namun ternyata, justru yang berulangtahunlah yang tidak berniat datang ke pesta itu.

Melompat lewat jendela kamarnya, Allan memutuskan untuk kabur. Dimulailah sebuah perjalanan luar biasa yang penuh dengan kegilaan. Siapa sangka, petualangannya itu menjadi pintu yang akan mengungkap kehidupan Allan sebelumnya. Sebuah kehidupan di mana—tanpa terduga—Allan memainkan peran kunci di balik berbagai peristiwa penting pada abad kedua puluh. Membantu menciptakan bom atom, berteman dengan Presiden Amerika dan tiran Rusia, bahkan membuat pemimpin komunis Tiongkok berutang budi padanya! Siapa, sih, Allan sebenarnya?



Sepanjang membaca buku ini, saya berimajinasi : di suatu hari yang terik (kenapa terik? suka-suka saya dong ah :P ), Jonas Jonasson sedang duduk di beranda rumahnya. Membaca sebuah buku sejarah. Lalu tiba-tiba, pikiran liar menari-nari di kepalanya. Muncul berpuluh pertanyaan : What If... Bagaimana bila.. Kejadian sejarah tidak seperti yang dituliskan di buku teks? Bagaimana bila ada 1 sosok manusia, yang namanya tidak pernah ditulis di buku sejarah manapun, tapi ternyata sosok itulah yang berperan besar dalam aneka peristiwa sejarah? Dan ide lebih liar muncul.. Bagaimana jika orang tersebut berkarakter konyol?


Tak tahan dengan ide-ide liar tadi, Jonas Jonasson lalu mewujudkannya dalam sebuah novel, dan jadilah novel ini :D.


Hehehe... Tentu latar belakang di atas murni imajinasi saya. Tetapi, kira-kira begitulah isi novel ini.


Perkenalkan Allan Karlsson, tokoh utama kita. Dia pria kelahiran Swedia. Di usianya yang ke 100 tahun inipun, dia masih tinggal di Swedia, tepatnya di salah satu panti jompo. Eittsss, tapi jangan bayangkan Allan menghabiskan seabad hidupnya hanya di negeri itu. Karena ternyata, di masa muda Allan sudah mencicipi tinggal di beberapa negara.. Mulai dari Jerman, Amerika, China, Rusia, Korea, Prancis, bahkan Indonesia :D Lebih hebat lagi, di negara-negara itu Allan tak hanya sekedar pelesir atau numpang mampir. Tapi ia berhubungan langsung dengan pemimpin-pemimpin di sana. Siapa sih Allan?


Dia hanya lelaki biasa. Tingkahnya bahkan cenderung menyebalkan. Suka mabuk, cuek bebek dengan lingkungan, tipikal-tipikal konyol, sampah masyarakat, you name it. Tapi orang konyol memang kadang punya peruntungan yang besar. Peruntungan gak harus berupa materi, tapi petualangan hidup yang bak roller coaster juga bisa disebut peruntungan kan? :D Dan menariknya, lewat tokoh konyol ini, kita justru belajar banyak hal.


 Allan adalah orang yang lahir dan besar di masa dunia sedang panas-panasnya karena pertentangan komunis-liberal. Pada masa itu, kebanyakan orang menjadi orang yang 'sok' paham politik. Yang cinta komunis rela mengorbankan jiwa-raganya untuk memastikan paham komunisme berhasil menguasai dunia, pun demikian dengan yang mencintai paham liberal. Sedangkan Allan, justru tak peduli dan paling malas mendengarkan issue-issue politik. Buatnya, issue politik itu gak asyik. Padahal dunia kan tempat bersenang-senang gitu lho..
Bukannya Allan memiliki pandangan yang berseberangan dengan dunia lalu memperdebatkannya. Tidak, dia hanya tidak punya pendapat sama sekali.


Bahkan ketika garis hidup membawanya berpetualang bertemu Harry Truman (presiden Amerika/tokoh liberal) hingga Stalin (presiden Rusia/tokoh komunis), ia tetap berprinsip seperti itu. Lucu saat menyimak dialog-dialog Allan dengan para tokoh-tokoh dunia itu. Allan yang konyol sukses sekali menyentilkan kritik bahwa meributkan liberal v.s. komunis itu sungguh bukan hal yang penting. Kalau kita bisa bahagia dengan duduk bareng sambil minum Vodka, untuk apa meributkan hal sesepele manakah yang lebih baik antara liberal dan komunis? Begitu kira-kira yang ada di pikiran Allan. Intinya, dia tipe orang yang hidupnya selow, memandang segala sesuatu dari sisi positif. Pemikiran ini yang membuat Allan bisa berteman dengan siapa saja : Tokoh liberal, tokoh komunis, ahli fisika pembuat bom, bahkan syekh di Iran. Tapi, pemikiran ini juga yang membuat Allan bisa dengan seenak udelnya menyeberang : hari ini berkawan dengan pihak A, besok bisa jadi bersekutu dengan pihak B.. Selama ada Vodka, Allan tak berkeberatan menolong pihak yang ia rasa asyik untuk ditolong. Yup, kepentingan Allan cuma 1 : Vodka!



See? Paham politik yang bagi sebagian orang dibela mati-matian, bagi orang lain bisa jadi tak lebih hanya sekedar permainan. Aneka peristiwa besar dalam sejarah juga bisa jadi idenya muncul secara spontan dari orang-orang konyol seperti Allan ini. Bukan gak mungkin kan, pemboman Hiroshima terjadi karena ide bom Atom dari seorang cleaning service yang dulunya pernah bekerja di pabrik dinamit? Bukan gak mungkin juga, Uni Soviet berhasil membuat bom nuklir karena ahli fisikanya pernah mabuk bersama cleaning service itu di suatu kapal dalam perjalanan Amerika-Eropa, dan si cleaning service yang sedang mabuk kelepasan bicara soal rahasia bom atom? Dan... Bukan gak mungkin juga, gencatan senjata komunis-liberal saat ini bisa tercapai karena si ahli fisika dan si mantan cleaning service suatu hari tobat, lalu berpikir memberikan data palsu pada masing-masing atasannya agar mereka sama-sama setuju dilakukan perlucutan senjata? Who knows? Bisa jadi kan?



Membaca buku ini dalam kondisi perpolitikan Indonesia yang sedang memanas, secara tidak langsung membuat saya jadi makin bisa meresapi makna buku ini. What if, ada tokoh seperti Allan di balik peristiwa saat ini? Who knows kan? Bikin miris, senyum getir. Kita yang awam getol perang kata di media sosial, padahal di atas sana kita tidak tahu apa yang benar-benar terjadi...



Eitss, jadi mellow :P. Sebenarnya buku ini gak usah dibaca terlalu serius juga sih. Kalau terlalu serius, bakalan banyak pertanyaan nantinya karena terlalu banyak kebetulan di buku ini. Nikmatin aja semua kebetulan dan kehokian Allan. Toh ini buku humor sarkastik. Dijamin pasti ngakak. Gak perlu juga menjadi ahli sejarah untuk bisa menikmati buku ini. Cukup tau negara mana yang komunis, negara mana yang liberal untuk bisa menangkap humor-humornya. Saya bahkan gak mencek kebenaran fakta sejarahnya. Prinsip saya dalam membaca buku fiksi, gak usah memusingkan diri sendiri, apalagi sampai diambil hati kalau opini penulis bertentangan dengan fakta :p.


Soalnya, kalau mau diambil hati, jujur di sini ada beberapa opini-opini yang menyindir. Tentang agama, juga tentang Indonesia. Agama yang disindir gak cuma Islam sih. Ada pula Hindu dan Kristen. Well, sisi positif dari sindiran ini buat saya adalah kita jadi tahu framing penulis tentang agama-agama tersebut seperti apa :D . Tentang Indonesia, penulis juga menyindir budaya korupnya. Haisshh, sebegitunya.



Alur cerita dalam buku ini maju-mundur. Untuk alur mundurnya berkisah tentang petualangan Allan dengan komunis-liberal, sedangkan alur majunya berkisah tentang petualangan Allan kejar-kejaran dengan polisi dan gank narkoba setelah kabur dari panti jompo. Sama-sama lucu, sama-sama seru, dan tetap absurd :p. Sepanjang perjalanan melarikan diri, Allan ditemani oleh seorang pencuri, seorang penjual hotdog, seorang wanita paruh baya, serta seekor gajah dan anjing. Tokohnya campur aduk dan sama sekali terlihat tak berhubungan kan? Tak usah kaget. Salah satu kepiawaian penulis di buku ini memang menghubungkan hal-hal yang kelihatannya tidak berhubungan menjadi berhubungan, lewat cara-cara yang kocak :D Saya juga salut dengan kemampuan penulis menghadirkan sebegitu banyak tokoh absurd, tetapi semuanya berkarakter. Masa lalu Allan yang kelihatannya tidak punya hubungan sama sekali dengan petualangan di masa sekarangnya ini juga ternyata di bagian belakang akan kelihatan benang merahnya.
  


Review ini diikutkan dalam :

Kategori : Freebies Time


http://orybooks.blogspot.com/2014/12/master-post-read-big-challenge.html
508 Halaman


Who is my santa ? :D






Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, buku ini merupakan hadiah dari event Secret Santa-nya BBI :D. Bersama kado buku ini, ada riddle yang disertakan, yang menjadi bekal saya untuk menebak siapakah Santa saya :D.


Riddle-nya berbentuk 12 quote dari buku. Begitu dapat riddle ini, saya agak tenang karena saya yakin untuk mecahinnya pasti saya cukup googling judul buku asal quote tersebut, lalu merangkai huruf-huruf pertamanya. Eh ternyata hasilnya acak -,-. Alternatif kedua, saya rangkai dari nama penulisnya. Hasil yang diperoleh :


1. Banana Yoshimoto
2. Agatha Christie
3. Mary Oliver
4. Bill Konigsberg
5. Ika Natassa
6. Arthur Conan Doyle
7. - (bukan quote, isinya ucapan ^^)
8. Stephen Chbosky
9. Tere Liye
10. Enid Blyton
11. Jallaludin Rumi
12. Sapardi Djoko Darmono


Kalau dirangkai jadi BAMBIA...STSJS.
Hiyaaa.. Masih absurd juga >,<. Terus gimana dong ini mecahin riddle-nya?


Untunglah, ada Mbak A.S. Dewi yang mau bantuin. Hihi... Jadi ternyata mbak dewi ini udah memetakan semua peserta SS, dan ternyata ada pola circle yang terbentuk. Terus saya dikasih bocoran deh ada di circle mana, plus tambahan info siapa aja peserta di circle itu yang belum ketahuan X-nya. Cuma ada 4 orang ternyata. Asyiiik, tersangka makin sempit :p.


Tanpa buang waktu, langsung saya cek keempat blog itu. Blog pertama yang saya cek, ndilalahnya punya nama Bambi Sisters. Eitt, saya buka ulang riddle-nya. Lima huruf pertama riddle membentuk kata Bambi.. Apakah dia?


Setelah saya pikir-pikir, bisa jadi lima huruf pertama benar, tapi tujuh huruf berikutnya saya salah rangkai :D. Harusnya seperti ini :
6. Sir Artur Conan Doyle
7. I (setelah saya perhatikan, di kartu ucapan yang nomor 7 ini semua huruf I di highlight. Haisshh. Kenapa baru sadar -,-. Dan saya baru sadar juga, potongan kertasnya beda. Yang lain persegi, yang ini membentuk huruf I :D ).
8. Stephen Chbosky
9. Tere Liye
10. Enid Blyton
11. Rumi
12. Sapardi Djoko Darmono


Horeee. Sempurna membentuk kata SISTERS ;)
Jadi, tanpa ragu lagi.. Inilah dia Santa Saya :
BAMBI SISTERS yang digawangi oleh dua bersaudara : Hilda dan Farissa . Terima kasih hadiahnya yaa.. Saya sukaaaa banget bukunya :*

Rabu, 21 Januari 2015

Reading Challenge 2015


Tahun 2014 bisa dibilang jadi tahun yang kurang sukses buat saya dalam hal perbukuan. Sepanjang tahun itu, saya lebih menikmati membeli buku ketimbang membaca, apalagi mereviewnya :p Dulu, saya nggak pernah lho membiarkan suatu buku yang baru dibeli ngegeletak berbulan-bulan di rak, tanpa dibuka sampulnya. Sekarang? Bzzzz, saya sendiri gak berani menghitung ada berapa buku yang masih tersegel rapi.

Nah, di tahun 2015 ini, rencananya saya mau tobat. Harus lebih semangat lagi menghabiskan timbunan itu, dan kalau bisa mereviewnya. Biar makin seru, kayaknya asyik nih kalau tahun ini saya kembali ikutan sejumlah Reading Challenge keren yang digagas temen-temen BBI ;).

 Lucky No. 15 Reading Challenge




Reading Challenge ini digagas oleh mbak Astrid, pemilik blog Perpus Kecil. Tantangannya, kita harus membaca buku sesuai 15 tema yang telah ditentukan. Satu tema minimal satu judul buku, kalau mau lebih dipersilahkan. Temanya asyik-asyik dan unik-unik lho. Ini yang bikin saya bersemangat mengikutinya.. Kelima belas tema itu adalah :

  1. Chunky Brick: Grab that book with more than 500 pages that you’d always been afraid to tackle. You know you can do it! ---> Buku yang akan saya baca : Various Flavour of Coffee by Anthonny Capella
  2. Something New: Just purchased a book lately? Don’t let it buried in your stacks, read it now! ---> Buku yang sudah dibaca : Walking After You by Windry Ramadhina
  3. Something Borrowed: Read a book that you borrowed from someone else. Don’t make the owner waiting forever for you to finish it. (Books borrowed from friends, libraries, or even rental places, are allowed) ---> Buku yang akan saya baca : Matahari Tengah Malam by Marga T. (pinjem di perpus kantor udah lebih dari setengah tahun yang lalu >,< rupanya saya lupa, saya taruh di rak dan tergeser ke bagian belakang. Baru sadar tadi pagi pas beres-beres. Untung belom dapat email teguran :p )
  4. It’s Been There Forever: Dig your TBR pile and read a book that has been there more than a year. It’s time for you to appreciate it :)
    ---> Buku yang akan saya baca : Misteri Tujuh Lonceng by Agatha Christie (biasanya buku Agatha Christie selalu langsung saya baca dan selesai dalam selesai dalam sekali duduk. Entah kenapa yang ini gak sempat-sempat saya baca).
  5. Freebies Time: What’s the LAST free book you’ve got? Whether it’s from giveaway, a birthday gift or a surprise from someone special, don’t hold back any longer. Open the book and start reading it now :D
    ---> Buku yang akan saya baca : 100 Year Old Man Who Climbed Out of The Windows by Jonas Jonasson, hadiah Secret Santa.
  6. Bargain All The Way: Ever buying a book because it’s so cheap you don’t really care about the content? Now it’s time to open the book and find out whether it’s really worth your cents. ---> Buku yang akan saya baca : The Best of Me by Nicholas Sparks, beli di Scoop waktu festival belanja online.
  7. Favorite Color: Pick a book from your shelf which has your favorite color for its cover! Is it pink, red or black? You decide. ---> Buku yang akan saya baca : Matilda by Roald Dahl, warna covernya perpaduan biru donker dan pink, dua warna favorit saya :D .
  8. First Initial: Read a book that has been written by an author whose first initial is the same with you (Example: My name is Astrid, and I can read anything written by Agatha Christie, Aesop, Arthur Conan Doyle, etc) ---> Buku yang akan saya baca : belum tahu. Di antara tumpukan timbunan saya ternyata gak ada satupun buku yang penulisnya berawalan D hahaha, berarti boleh beli baru dong ya?
  9. Super Series: Read one (or more!) books that belong in a series, it can be trilogy, or tetralogy, or anything. ---> Buku yang akan saya baca : Lord of The Rings. Oke, ini agak terlalu ambisius targetnya, tapi who knows saya bisa? :p.
  10. Opposites Attract: Read a book that’s been written by a writer whose gender is different from your own. ---> Buku yang akan saya baca : The Street Lawyer by John Grisham
  11. Randomly Picked: Ask someone else (a friend, your spouse, even your kids!) to randomly pick a book from your TBR pile. Don’t complain whatever they choose for you, just read it :)
    ---> Buku yang akan saya baca : belum tahu :))
  12. Cover Lust: Grab a book from your shelf that you bought because you fell in love with the cover. Is the content as good as the cover? ---> Buku yang akan saya baca : Cerita Buat Para Kekasih by Agus Noor, kepincut sama warna putih berpadu dark purple-nya >,<
  13. Who Are You Again?: You’ve never read a book from this author, maybe you haven’t even heard his/her name before. But who knows? Maybe he/she will become your new favorite author! ---> Buku yang akan saya baca : Little Women by Louisa May Alcott
  14. One Word Only!: Read a book that only has one word for its title (number is allowed as long as it’s only consisted of one word, e.g: 1, 2, 11). ---> Buku yang akan saya baca : Desiree by Annemarie Selinko
  15. Dream Destination: Read a book that has setting in a place you’ve never visited before – but would like to if you have a chance. Could be real places or even fictional! ---> Buku yang akan saya baca : Inferno, mengambil setting di Eropa dan Turki, lebih dari dream destination saya!
 Info lebih lanjut tentang challenge ini bisa dibaca di sini.

Read Big Challenge


Saya pernah ikut challenge ini di tahun 2013 waktu masih dihost oleh Ngidam Buku. Tahun 2014 vakum, dan syukurlah tahun ini challenge tersebut kembali dilanjutkan dengan host berbeda, Bunda Oryz :).

Tahun 2013 sih saya berhasil sampai di kelas Middleweight, tapi tahun ini saya mau ambil kelas Featherweight dulu aja lah (target 4 buku bantal). Buku-buku bantal yang udah ada dalam daftar baca :
  1. Various Flavor of Coffee
  2. Desiree
  3. Lord of The Rings
  4. Inferno
Koq semuanya buku-buku yang udah dipakai di challenge sebelumnya? Iya, hahaha.. Sambil menyelam minum air gituh ceritanya :p. Info lebih lanjutnya, monggo baca di sini.


 Baca Bareng 2015


Kalau yang ini, challenge-nya BBI :D. Saya belum jadi anak baik-baik rupanya di komunitas ini. Baik tahun 2013 maupun 2014, saya selalu gagal ikutan event baca bareng. Tahun ini, saya berharap bisa lebih sukses. Gak muluk-muluk harus ikut sepanjang 12 bulan. Minimal bisa ikut separuhnya saja, saya sudah senang :D. Ini list tema baca barengnya :

  1. Januari: Buku Secret Santa, dipos tanggal 30 Januari 2015. Buku yang akan saya baca : 100 Year Old Man
  2. Februari: Profesi, yaitu buku-buku yang di dalamnya dijelaskan cukup rinci mengenai profesi tokoh-tokohnya. Misalnya, Twivortiare Ika Natassa yang menjelaskan profesi bankir. Dipos tanggal 27 Februari 2015. Buku yang akan saya baca : The Street Lawyer atau The Guy Next Door
  3. Maret: Adaptasi buku ke film atau film ke buku, misalnya The Fault in Our Stars, Supernova, dll, dipos tanggal 31 Maret 2015. Buku yang akan saya baca : Lord of The Rings
  4. April: Buku yang sudah diterbitkan yang sebelumnya dipos online (wattpad, blog, forum, dll), misalnya Coup(L)ove Rhein Fathia, Kambing Jantan Raditya Dika, dll., dipos tanggal 30 April 2015.Buku yang akan saya baca : Klub Camilan
  5. Mei: Buku bertema Hak Asasi Manusia dan kritik sosial, misalnya I am Malala, Kumpulan Puisi Wiji Thukul, A Time to Kill John Grisham, dll., dipos tanggal 29 Mei 2015.Buku yang akan saya baca : Belum Tahu
  6. Juni: Budaya dan setting Indonesia, misalnya Laskar Pelangi Andrea Hirata, Lampau Sandi Firly, dll., dipos tanggal 30 Juni 2015.Buku yang akan saya baca : Belum Tahu
  7. Juli: Kenakalan anak-anak, misalnya serial Malory Towers Enyd Blyton, serial Anak-anak Mamak Tere Liye, dll., dipos tanggal 31 Juli 2015.Buku yang akan saya baca : Salah Satu Buku Roald Dahl
  8. Agustus: Seputar Perang Dunia I dan II, misalnya Code Name Verity Elizabeth Wein, A Farewell to Arms Ernest Hemingway, dll., dipos tanggal 28 Agustus 2015.Buku yang akan saya baca : Desiree
  9. September: Sastra Eropa, misalnya buku-buku Jane Austen, Leo Tolstoy, dll., dipos tanggal 30 September 2015.Buku yang akan saya baca : Little Women
  10. Oktober: Horror, misalnya buku-buku Eve Shi, R.L. Stines, dll., dipos tanggal 30 Oktober 2015.Buku yang akan saya baca : Belum tahu.
  11. November: Detektif / Thriller / Misteri, misalnya Gone Girl Gillian Flynn, Da Vinci Code Dan Brown, Agatha Christie, dll., dipos tanggal 27 November 2015.Buku yang akan saya baca : Belum tahu.
  12. Desember: Baca bareng 1 judul, ditentukan kemudian, dipos tanggal 28 Desember 2015.
Info lebih lanjut tentang challenge ini bisa dibaca di sini (ada event Opini Bareng juga lhoh ^^).

Doakan, saya sukses tahun ini! ^o^
 

Senin, 19 Januari 2015

[Review #10] Walking After You




Masa lalu akan tetap ada. Kau tidak perlu terlalu lama terjebak di dalamnya.

Pada kisah ini, kau akan bertemu An. Perempuan dengan tawa renyah itu sudah lama tak bisa keluar dari masa lalu. Ia menyimpan rindu, yang membuatnya semakin kehilangan tawa setiap waktu. Membuatnya menyalahkan doa-doa yang terbang ke langit. Doa-doa yang lupa kembali kepadanya.

An tahu, seharusnya ia tinggalkan kisah sedih itu berhari-hari lalu. Namun, ia masih saja di tempat yang sama. Bersama impian yang tak bisa ia jalani sendiri, tetapi tak bisa pula ia lepaskan.

Pernahkan kau merasa seperti itu? Tak bisa menyalahkan siapa-siapa, kecuali hatimu yang tak lagi bahagia. Pernahkah kau merasa seperti itu? Saat cinta menyapa, kau memilih berpaling karena terlalu takut bertemu luka.

Mungkin, kisah An seperti kisahmu.
Diam-diam, doa yang sama masih kau tunggu.



Saya tipe orang yang percaya kalau ada banyak sekali orang di dunia ini yang memiliki penyesalan masa lalu, walaupun hanya sedikit yang berani mengakuinya. Kadarnya beragam. Ada yang ringan, biasanya cukup menjadikan kesalahan tersebut sebagai pembelajaran untuk masa kini dan masa mendatang. Namun, ada juga yang berat.. Sampai berharap : Andai waktu bisa diputar...

Anise (An), tokoh utama dalam cerita ini, adalah salah satu contoh tokoh yang punya penyesalan masa lalu yang berat. Sangat berat malah. Saudara kembarnya yang bernama Arlet, tewas dalam kecelakaan mobil hanya beberapa jam setelah memergoki An sedang bermesraan dengan Jinendra.

Jinendra adalah pemilik restaurant tempat An dan Arlet bekerja sebagai koki. Arlet menyukai Jinendra, dan An tahu itu.. Namun arah cinta seringkali tak bisa diterka. Jinendra justru menyukai An, bukan Arlet. Sebaliknya, An juga tak mampu mengelak bahwa ia juga menyukai Jinendra. Akhirnya, diam-diam, An dan Jinendra berpacaran. Cara ini terpaksa ditempuh karena An tidak ingin melukai Arlet.

Pada hari ulang tahun An dan Arlet, Jinendra memberikan hadiah berupa gelang bercorak benda laut hanya kepada An. Saat itulah, Arlet memergoki mereka. Jinendra memang belum pernah menyatakan cinta pada Arlet, tetapi tetap saja Arlet merasa dikhianati oleh An. Arlet marah. An merasa sangat bersalah. Akibat kejadian ini, An jadi tidak fokus ketika mengemudikan mobil yang juga ditumpangi Arlet dalam perjalanan pulang (iya, mereka tetap pulang bersama). Mobil itupun mengalami kecelakaan. An selamat karena kantung udaranya berhasil mengembang sempurna, sedangkan Arlet meninggal dunia.

Bisa dibayangkan, penyesalan yang dialami tokoh An.

Arlet, saudara kembarnya, meninggal dalam kondisi kecewa merasa lelaki incarannya direbut. Padahal selama ini Arlet selalu mengalah mengikuti kemauan An. Oh iya.. Arlet dan An ini kebetulan memiliki passion yang sama di bidang kuliner, hanya saja spesialisasi mereka berbeda. Arlet yang feminin, pemalu, dan lembut lebih tertarik mendalami dunia cake and bakery, sementara An yang riang dan cenderung tomboi lebih suka mendalami italian food. Dalam hal mengejar mimpi, Arlet cenderung lebih fleksibel. Seharusnya, seseorang yang ingin ahli dalam bidang cake and bakery mengambil kuliah di Eropa. Namun, dengan alasan tidak ingin terpisah dari An, Arlet memilih mengikuti pilihan An untuk kuliah di Australia. Lulus kuliah, mereka kembali ke Indonesia. Lagi-lagi, Arlet tidak memperjuangkan mimpinya untuk bekerja di toko kue, melainkan ikut bersama An bekerja di restaurant milik Jinendra. Di masa mendatang, An memiliki mimpi untuk membangun sebuah trattoria (semacam restaurant kecil), dan bisa ditebak, An berhasil membujuk Arlet mengikuti mimpinya itu.

Teriakan frustasi Arlet beberapa saat sebelum kecelakaan maut ini sukses membuat An dibayang-bayangi penyesalan mendalam..
Hanya sekali ini saja, An. Kenapa kau tidak bisa membiarkan aku mendapatkan apa yang kuinginkan sekali ini saja?

Tema melepaskan diri dari penyesalan masa lalu memang sudah sering diangkat dalam sebuah novel. Butuh satu 'racikan khusus' agar tema klise ini menjadi tetap menarik untuk dibaca. Dan, menurut saya, Windry Ramadhina berhasil menuangkan racikan khusus tersebut ke dalam novelnya ini ;). Walking After You, kalau saya boleh mencoba menerjemahkan, bukanlah berarti perjalanan An melepaskan diri dari Jinendra, melainkan perjalanan An selepas kepergian Arlet. Tema sisterhood jauh lebih menonjol di novel ini ketimbang tema move-on dari mantan dan mencari cinta baru.

Kematian Arlet membuat An sadar bahwa ia selama ini terlalu egois pada ambisi-ambisi dirinya, dan lupa memperhatikan harapan-harapan saudara kembarnya. Kematian Arlet membuat An berikrar untuk melepas semua mimpinya, dan memilih putar haluan mewujudkan mimpi-mimpi Arlet. Caranya? An melepas Jinendra, berhenti bekerja dari restaurant, lalu pindah menjadi asisten koki di sebuah toko kue. Yap, toko kue, sebagaimana mimpi Arlet...

Dan jujur, setting toko kue yang menurut saya jadi bagian paling menarik dari novel ini :p

Berlokasi di Bintaro, sebuah lokasi yang kebetulan cukup saya kenal, dan memang buat saya lokasi ini adalah satu dari sedikit lokasi di Jakarta yang masih homey. Toko kue-nya bernama Afternoon Tea. Dalam benak saya, toko ini dirancang dengan gaya Eropa Klasik. Beraura manis, hangat, dan syahdu. Cara penulis menjabarkan detail toko kuenya beserta menu-menu yang disajikan saya yakin sukses membuat siapapun yang membaca novel ini merindukan kehadiran toko kue semacam itu di dekat rumahnya.


Maybe, seperti ini? ;)
 Karakter para tokohnya juga menyenangkan semua, tidak sesuram temanya. Tipikal tokoh-tokoh yang punya keahlian-keahlian unik dan sangat passionate pada keahliannya itu. Ada Julian (Ju), kepala koki di Afternoon Tea. Dia sangat detail dalam membuat kue. Makanya, dia sempat marah-marah ketika tahu mendapat asisten An, yang keahliannya bukan di bidang kue. Kelihatan banget lah dari penjabaran di novel ini kalau Ju sangat mencintai profesinya. Hal yang asyik dari novel-novel dengan tokoh seperti ini adalah kita jadi bisa dapat banyak ilmu baru tentang profesi itu, tanpa merasa diceramahi :). Deskripsi tentang kulinernya, baik cake maupun italian food-nya juaraaaa deh!


Sayangnya, pengembangan hubungan Julian dan An terlalu mudah ditebak. Awalnya jutek-jutekan, lama-lama yaahh klise lah. Sesekali, saat membaca novel seperti ini, saya berharap ada kejutan. Bukti bahwa melepas masa lalu tak harus selalu berarti mendapatkan yang baru. Hehe, tapi ini cuma opini personal aja koq. So far, saya masih bisa menikmati interaksi yang terbangun antara An dan Julian.


Apalagi ada tokoh Gondo, ayah Julian, yang super asyik. Ada juga Galuh, sepupu An yang super care. Serta mama-papa An yang sangat hangat. Makin menambah aura kehangatan keluarga di novel ini.


Hanya ada satu tokoh yang buat saya aneh. Nama tokohnya Ayu. Dia disebut-sebut gadis pembawa hujan, karena ia selalu datang ke toko kue Afternoon Tea hanya bila hujan turun. Koq ya bikin novel ini tetiba beraura mistis? --" Dan sampai ending novelnya, saya masih gak paham di mana peran signifikan Ayu. Untunglah, sebelum sotoy menganalisis, mbah google ngasih tahu saya kalau ternyata tokoh Ayu ini pernah muncul juga di novel Windry sebelumnya. Jengjeng.. Apakah ini semacam kode akan ada novel tersendiri yang mengangkat kisah Ayu lebih jauh? Let's wait and see.


Mengenai diksi, ini kali pertama saya membaca karya Windry. Agak sedikit kaget karena bahasanya baku sekaliii~ Bahkan, ada beberapa kosakata baru yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Biku, yang ternyata artinya berhubungan dengan istilah jahit menjahit. Warna dadu.. Hei, warna apa itu? Putih? Putih Gading? Tapi perasaan dulu saya pernah beli monopoli yang warna dadunya hitam deh *abaikan x).


Lalu, bagaimana akhir kisah An? Apakah ia berhasil berdamai dengan kesalahannya? Benarkah ia tak layak lagi mengejar mimpinya sendiri?


"Katakan hujan. Apa yang lebih menyakitkan?
Tidak bisa melihatmu lagi, atau menyadari aku kehilangan dirimu karena kesalahanku sendiri. Aku terlalu takut untuk percaya.
Hujan, aku ingin percaya sekarang.
Namun, tentu saja ini terlambat bukan? Sebesar apapun aku percaya sekarang, kau tetap tidak akan kembali."

Well.. 4 of 5 stars out untuk kisah perjuangan mengikhlaskan masa lalu yang dibumbui aroma-aroma kue dan kuliner Eropa ^^.

Detail buku :
Judul : Walking After You
Penulis : Windry Ramadhina
Penerbit : Gagasmedia
Status : Beli di tokobuku.getscoop.com


Selasa, 30 Desember 2014

Pamer Riddle


Kepada : Gazelle Maharani

Terima kasiiiiiihh untuk paket kejutannya. Berbalut kertas biru, cantiiik banget. Sukses membuat saya senang di penghujung sore itu...



Yap. Mungkin sama seperti peserta Secret Santa lainnya, setelah posting wishlist di sini, saya dag dig dug menunggu datangnya paket darimu. Penasaran, buku apa yang dipilihkan untukku. Dan lebih penasaran lagi, akan seperti apa riddle-nya :D Rasa penasaran itu akhirnya terjawab, lebih cepat dari yang aku duga. Karena satu di antara wishlist-ku baru terbit di pertengahan Desember, aku sudah siap bersabar kalau kado darimu datang menjelang akhir deadline. Eh, ternyata, masih awal-awal Desember kado darimu sudah datang. 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
back to top
 

Boekenliefhebber Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino