Siapa
yang tidak mengenal Barack Obama? Seorang presiden Amerika Serikat yang
kemenangannya pada Pemilu tahun 2008 menjadi catatan
sejarah baru karena untuk pertama kalinya keturunan kulit hitam berhasil
terpilih menjadi presiden di negara adidaya tersebut. Di mata kita, masyarakat
Indonesia, kemenangan Obama juga memiliki nilai sentimentil tersendiri karena
ternyata Obama pernah menghabiskan masa kecilnya di negeri ini. Ah, tapi kali
ini saya tidak akan membahas Obama dalam kaitannya dengan hiruk-pikuk politik.
Kali ini, saya ingin mengungkapkan keterpesonaan saya pada sisi lain Obama :
sebagai seorang ayah; ayah dari dua putri yang mulai beranjak remaja, serta
ayah dari putra-putri Amerika Serikat.
Buku Of Thee I Sing, A Letter to My Daughters
(Tentangmu Aku Bernyanyi, Sebuah surat untuk Putri-Putriku) seketika langsung
menarik perhatian saya begitu pertama kali saya melihatnya di sebuah toko buku.
Pada cover, tertera nama Barack Obama sebagai penulisnya. Saya penasaran
sekali. Seorang presiden menulis surat untuk putrinya, kira-kira pesan apa ya
yang ingin disampaikan? Bagaimana gaya bahasanya, apakah semenyihir orasi-orasi
politiknya? Apakah sama hangatnya dengan kata-kata para ayah lain di dunia?
Dan
setelah membaca, jujur saya terpesona. Buku ini begitu sederhana, isinya tak
lebih dari 58 kalimat, tapi terasa sekali keindahan pesannya. Saya sudah mulai tersihir sejak bait pertamanya :
Have I told you lately how wonderful you are?
How the sound of your feet running from afar brings dancing rhytms to my day?
Saat membaca kalimat ini, saya membayangkan sosok seorang ayah yang pada malam hari mendatangi putri kecilnya yang sedang bersiap tidur, lantas dengan lembut mengusap rambut sang putri seraya berkata :
Tahukah kau nak, kau suuuungguh mengagumkan di mata ayah? Mendengar langkah kakimu saja, sudah membuat hidup ayah berirama!